Setelah pulang lagi ke hotel, aku tiba-tiba berjumpa dengan seorang wanita yang selalu mengirimkan buket bunga itu kepadaku.
Ayssa dan Rizwan sudah berjalan terlebih dahulu sementara Rangga masih berada di parkiran.
Aku menahan tangan wanita yang pernah memperkenalkan dirinya sebagai Anisa.
Ketika dia melihatku, Anisa gelagapan seperti sudah mengerti apa yang akan aku lakukan kepadanya.
"Aku ingin berbicara padamu." ujarku.
"Maaf, Mbak. Tapi saya tak bisa."
Anisa berusaha melepas tanganku tapi aku tetap menahannya.
"Apa maksud kamu mengirimkan bunga untukku sampai ke kota Bogor? Coba jelaskan kepadaku dan jangan pernah berbohong lagi. Aku janji tidak akan pernah memarahi kamu, Anisa. Kumohon katakan semua ini dengan jujur. Aku tak bisa tenang kalau kamu belum mengatakan semua kebenarannya padaku."
"Saya tak bisa mengatakan semuanya, Mbak. Maaf."