"Aku menghargai ibu karena mungkin, semua yang ibu lakukan ini pasti ada alasannya. Tak masalah, Bu. Mari." Kak Amzar menuntun ibunya untuk duduk di atas kursi kemudian dia berjongkok. "Ini adalah sebuah mimpi yang tak pernah Amzar bayangkan dari sebelumnya. Siapa yang telah merencanakan semuanya?"
"Adikmu, Hamzah."
Kak Amzar berdiri kemudian menghampiri Hamzah yang posisinya tepat di sampingku.
"Sudah aku duga." dia lantas memeluknya dengan erat sambil menangis, "terima kasih atas segala pengorbanan yang telah kamu lakukan untukku, Hamzah. Aku sendiri tak tahu bagaimana cara membalas semua kebaikanmu ini. Sungguh, aku sangat beruntung karena telah memiliki adik sepertimu. Tak pernah aku bayangkan sebelumnya..., bahwa aku akan mendapatkan seorang adik yang baik seperti kamu. Terima kasih, terima kasih Hamzah."