Setelah menunaikan salat Subuh, aku dan Hamzah meminta izin kepada ibu untuk keluar sebentar mencari udara sejuk di pagi hari.
Sebenarnya ayah sudah pulang. Tapi beliau masih tidur dan aku tak tega untuk membangunkannya.
Aku mengajak Hamzah ke beberapa tempat yang sering aku kunjungi dulu untuk sekedar jogging. Walau cuacanya masih sedikit gelap, tapi hal itu tak meluruhkan niat kami untuk berjalan-jalan di dekat rumah.
Tak tahu kenapa, Hamzah sepertinya lebih tertarik tinggal di rumah Ibu daripada di hotel. Padahal awalnya, aku dan ibu merasa sedikit canggung saat harus mengajak Hamzah masuk ke rumah kami yang terbilang sederhana.
Bukan tanpa alasan, sejak kecil Hamzah memang sudah dimanjakan dengan uang. Rumahnya saja tiga lantai. Belum lagi, pilar-pilar yang menjulang tinggi di halaman semakin menambah kemewahan rumah itu.
Aku sendiri Bahkan tak bisa berpikir sampai sana, di mana aku bisa menikahi seorang dokter yang dermawan dan kaya sekali.