17.40
Langit jingga semakin menyongsongkan dirinya. Aku dan Hamzah berdiri kemudian memutuskan untuk pulang ke rumah ibu. Bisa kulihat dari matanya, Hamzah sepertinya masih betah berdiam diri di tempat ini.
Seakan luput, Bandung adalah salah satu kota yang telah menjadikanku sebagai sosok yang yang berdiri tegak seperti ini. Aku sungguh beruntung bisa dilahirkan di kota yang penuh dengan kenangan. mungkin di setiap kota memiliki kemistrinya masing-masing, tapi aku sungguh nyaman berada di kota ini.
Takdir memang tak kan pernah ada yang mengira. Sebab saat aku masih sekolah dulu, guru agama ku pernah menjelaskan tentang takdir. Benar, takdir itu terbagi menjadi dua. Satu, ada takdir yang bernama mubram dan ada takdir yang bernama muallaq. Jika takdir mubram adalah takdir yang tidak bisa diubah; takdir kematian, umur seseorang, dan yang lain. maka takdir muallaq adalah takdir yang bisa diubah sesuai dengan usaha kita sendiri; salah satunya nasib.