Saat urusan copet telah selesai, aku dan Hamzah memutuskan untuk pulang ke rumah sebelum Zuhur.
Tak seperti biasanya.
Cuaca kota Bogor kali ini panas sekali. Tak tahu kenapa rasanya matahari seperti berada dekat sekali degan bumi.
Hawa di mobil pun terasa panas sekali. Walaupun langit agak berwarna abu, tapi tetap saja cuacanya panas.
AC mobil sudah kunyalakan. Tapi karena tak mempan, aku sampai mengibas-ibaskan kipas di wajahku.
Sesekali kulihat pelipis dan dahi Hamzah banjir keringat. Dia sudah membuka jendela mobil, tapi tak memberikan reaksi apa pun.
Tenggorokan semakin kering. Mataku terus saja memperhatikan sekeliling apakah ada seseorang yang menjual es atau tidak.
"Ih, panasnya nusuk sekali ya." ujar Hamzah.
"Iya, mana haus lagi."
"Oh kamu haus? Ini, aku ada air minum."
Aku menggeleng. "Aku tak mau kalau yang itu. Percuma airnya ikut hangat."
"Lalu, kamu mau apa?"