"Maaf. Maksud mbak berbicara seperti itu, apa ya?" tanyaku, "apa..., maksud dari omongan mbak berdua tadi menjurus pada suami saya?" lanjutku karena sedari tadi memang tak nyaman sekali saat melihat mereka memperhatikan Hamzah dengan tatapan sinis.
Dua wanita itu saling bertatapan seperti canggung.
"Tidak, kok. Mungkin mbak salah mendengar." sela salah satu wanita itu dengan santainya.
"Apa? Salah mendengar? Jelas-jelas saya mendengarnya karena mbak telah menjelekan suami saya. Mbak pikir saya tak punya telinga, ya?"
"Rein, sudah. Tak baik. Ayo kita pulang saja." Hamzah berusaha meleraiku tapi aku enggan.
"Tidak, Hamzah. Biarkan aku mempertahakan hakmu dulu." bantahku.
"Tapi kan memang benar. Kalian itu tak saling mencintai?" tanya salah satu wanita yang berpakaian coklat khaki itu.
Hamzah memandang ke arahku sementara aku mendongakan wajah ke arah mereka berdua.