"Masih ada banyak tugas yang belum kamu selesaikan di sana."
"Ah, sudah biasa. Jangan terlalu dipikirkan." jawabku, "lagipula bisa nanti kan?"
"Seharusnya jangan begitu." ujarnya.
"Tapi aku masih ingin di sini."
Alif berpikir lagi.
"Tak apa kan?" aku meminta penjelasan darinya.
"Baiklah."
"Yeay!" saking senangnya, aku berjingkrak-jingkrak tak karuan di depannya. "Selamanya ya?"
"Eh kata siapa?" Alif terbelalak.
"Kataku lah." aku menjawabnya sambil terkekeh.
"Ya sudah. Ayo kita pulang." ajak Alif..
"Pulang kemana? Ini kan laut?"
"Ikut saja aku." dia berjalan mendahuluiku lalu aku mengikutinya di belakang.
"Bagaimana kabar Hamzah?" setelah beberapa saat kami terdiam, akhirnya Alif membuka suara lagi.
"Alhamdulillah. Dia baik-baik saja."
"Apa..., dia masih sering melamun?"
"Waktu itu sering. Tapi ketika aku mempertemukan orang tuamu padanya, semua sudah berubah."
"Oh ya? Ibu dan ayah sudah benar-benar baikan dengan Hamzah?"
Aku mengangguk.
"Karena kamu?"