"Hamzah?"
"Ya?"
"Tadi aku bermimpi tentang Alif."
"Benarkah? Bagaimana?"
"Dia sudah bahagia. Intinya aku tenang ketika melihat Alif di sana seperti tak ada lagi beban. Insya Allah."
"Iya Insya Allah ya. Semoga, Alif di tempatkan di sisi yang paling mulia di sana."
"Aamiin...." jawabku.
Mobil Hamzah membawa kami ke sebuah toko yang menjual barang-barang antik.
Setelah memakan waktu tigapuluh menit dari rumah, akhirnya kami sampai juga di tempat tujuan lalu segera turun.
Semenjak tinggal di rumahnya, entah kenapa hari-hariku semakin sini semakin berbeda.
Dia selalu memberiku banyak pengalaman.
Entah dari hal terkecil seperti beberapa hal yang jarang aku lakukan ketika tak bersamanya, sampai hal terbesar yang kini telah biasa kami lakukan berdua; memasak, mencuci piring, membereskan kamar dan hal lain-lain lagi.
"Sebenarnya kita mau beli apa?" tanyaku pada Hamzah yang memang belum tahu rencana kemari ini untuk apa.
