"Kalau tak menyimpan rasa, lalu kenapa tadi kamu memperhatikannya?" tanyaku lagi yang seketika membuatnya diam. "Kamu seakan ingin mencari tahu lebih jauh tentang Rizwan, tapi rasa egomu sendiri yang pada akhirnya mengurungkan niat itu semua."
"Aku tak-"
"Jangan mengelak, Ayssa." timpalku, "aku tahu semuanya. Kamu mulai menyukai Rizwan kan?"
Dia menundukkan kepalanya.
"Sini, lihat aku." aku memegang pundak Ayssa, "ayo, jawab ucapanku."
"Iya, Rein." ucap adik Hamzah ini kemudian, "semua yang kamu katakan tadi benar. Aku memang menyimpan rasa pada dia."
"Lalu kenapa kamu tak mengajak ngobrol Rizwan?"
"Aku takut." jawabnya lirih.
"Takut? takut pada siapa?"
"Aku takut papa tak menyetujuinya."
"Memangnya dia sudah tahu?"
Ayssa menggeleng. "Kamu kan tahu, papa akan menjodohkanku dengan seorang pria."
"Apa kamu ingat siapa namanya?"
"Ri-" suara Ayssa tercekat.
"Ada apa?"
Dia seketika menatap mataku sambil menyunggingkan senyum.