"Turun sini bos. Itu rumah saya yang cat biru"
"Kamu udah punya rumah?"
"Maksud saya rumah orang tua saya."
Mereka berdua berjalan beriringan. Pria berjas hitam dengan dasi semampai dan gadis feminim dengan rambut terurai. COCOK!!
Bos Sandia dan Kita sampai didepan rumah biru itu. Setelah dibukakan pintu oleh Ibu, mereka berdua masuk dan dipersilakan duduk. Kita pamit sebentar untuk menaruh barang dikamarnya.
Ada pemandangan berbeda disini. Banyak sekali sertifikat dan beberapa medali yang terpajang di dinding rumah ini. Disitu tertulis : Juara 1 Lomba Fashion Show , Peserta Lomba Olimpiade Fisika 2016 , Harapan 3 Menyanyi solo , Peraih nilai UN tertinggi se-SMP Pelita, dan masih banyak lagi.
Ini mengagumkan. Bos baru tau kalau Kita pandai menyanyi dan pandai dalam bidang akademis pula.
Tak lama, Kita keluar dari kamar mengenakan hodie berwarna pink dengan perpaduan celana panjang. Rambutnya terikat rapi. Dia sangat sederhana dan.... menggemaskan.
"Aku hanya suka saja menyanyi dan lomba fashion show itu aku dipaksa ikut oleh kakakku."
"Luar biasa. Bagaimana bisa kau menyembunyikan ini semua?"
"Saya tidak pernah menyembunyikan ini, hanya saja saya malas untuk menyombongkan diri."
"O, kau mengejekku ya?"
"Itu tidak benar bos. Aku hanya menjawab pertanyaan dari Bos."
"Untungnya, medali mu tidak ada yang bahanya aluminium yah hahaha"
"Saya memang dari dulu suka ikut lomba. Seneng aja gitu bersaing di kompetisi."
Bos yang sebelumnya sangat jarang berbicara, mendadak menjadi layaknya wartawan yang banyak tanya.
Kemudian Ibu datang menuju ruang tamu dengan membawa kudapan lezat dan tiga cangkir teh hangat.
"Kenapa hanya dilihat? makan saja bos, silahkan."
Kita menyodorkan sepiring makanan berisi jajanan pasar berwarna pink dengan ampas diatasnya.
"Cobalah. Ini manis."
"Ini apa?"
"Kau tidak tau bos?. Kau hidup di zaman apa sehingga nama makanan seenak ini tidak tau."
"Hentikan omong kosong mu. Beritahu aku ini apa?"
"Ini adalah cenil."
Bos Sandia tertawa mendengar jawaban Kita. Ia terlihat jauuuuuh lebih manis. Baru kali ini Kita melihat Bos tertawa.
" Kenapa tertawa ? coba dulu dan rasakan."
"Namanya lucu, tapi ini enak sekali. "
" Memang, sederhana tapi enak. Kita tidak boleh melupakan tradisi nenek moyang kita. Begitupun dengan makanan tradisional yang begitu lezat. "
Menghabiskan petang di rumah sekretaris itu memang mengasyikan. Bos Sandia juga diajak makan malam bersama keluarga Kita. Lauknya pun spesial. Ikan Bandeng dengan timun dan sambel gorengnya. Mamamia lezatos!
Bos yang kemarin-kemarin angkuh dan sedikit gengsian kini berubah pelan-pelan menjadi sosok yang menerima apa adanya. Tak perlu mewah-mewah kalau yang sederhana sudah membuat hati bahagia.
Pukul 19.30
Hyun Bin Kw itu pamit dari kediaman Kita.
"Terimakasih banyak pak, Bu. Atas semua jamuannya tadi. Masakan ibu sangat enak."
"Sama-sama nak. Terimakasih juga sudah bersedia mampir kesini."
"Semoga kalian berdua langgeng ya. "
Ayah...jangan bilang gitu ih. ( Kita berbisik pada Ayahnya)
"Maksudnya kalian bisa tetap bekerjasama dan kompak."
"Tentu pak. Dia sekretaris yang cerdas walaupun suka ngrepotin."
Wagelaseh. Dih. Apaan ya.
Hus hus sanaah.