Kita tidak akan berbicara tentang apapun. Tidak ada yang akan mengerti. Apalagi sekedar memahami. Ia paling anti untuk curcol di medsos atau sekedar menuliskan kata-kata galau nan puitis dalam insta story nya. Ia bukan tipe orang yang gemar mengumbar masalah dan kesedihan.
Persiapan acara lamaran sudah selesai. Sebentar lagi rombongan keluarga Bio akan datang. Ka Sukma juga tengah menyempurnakan riasan wajahnya. Lihatlah, Ka Sukma terlihat sangat cantik dengan kebaya berwarna biru laut.
Acara lamaran ini hanya dihadiri keluarga inti saja. Dua belah pihak keluarga tengah berbahagia. Terkecuali Kita. Gadis itu masih tak menyangka. Ia tidak berbicara sepatah katapun dari tadi.
Ia sudah berjanji tidak akan menghancurkan kebahagiaan mereka. Ka Sukma terlihat sangat ceria setelah mereka semua bersepakat kalau pernikahan Bio dan Ka Sukma akan digelar akhir bulan. Semua persiapan pernikahan dipastikan mulai digarap.
Esoknya, Bio menghubungi Kita. Dia menanyakan kabar Ka Sukma karena ponsel Ka Sukma tidak aktif.
"Kenapa kau diam saja? Hallo, Kita. Dari acara kemarin kamu kelihatan murung."
"Tidak."
Hanya kata itu yang mampu ia ucapkan. Ia membenci ini semua.
"Aku rindu dengan kakakmu yang cantik itu."
Bio sama sekali tak merasa bersalah dengan kata-katanya itu. Memalukan.
Satu jam lebih Kita mendengarkan sepasang kekasih bertelepon. Muak sekali. Sebenarnya kita ingin pergi dari tempat itu, ia tak tahan. Namun, Ka Sukma menahannya. Ia ingin Kita berada didekatnya.
Arghhhhhhhhh!
Selesai berbicara, Bio mengirimkan pesan kepada Kita.
"Maaf ya calon adik iparku, aku tak terus terang kepadamu dari dulu kalau aku ingin menikahi Sukma"
Ih. Pesan itu membuat Kita ingin sekali membanting ponselnya. Tapi sayang, ponselnya terlampaui mahal untuk sekedar barang bantingan.
*******
Seminggu ini Kita tak terlalu bersemangat dalam pekerjaannya. Tidak ada Bio. Dia sedang mempersiapkan acara resepsi pernikahannya yang tinggal menghitung hari.
Kita menjadi sering melamun di Kantor. Kadang-kadang, Kita juga terlambat dalam mengerjakan berkas administrasi. Sampai-sampai ia harus berhadapan dengan bos perfeksionis dan ditegur.
"Kamu niat kerja ngga sih? yang serius dong. Saya ngga butuh pekerja kaya gini."
"Maafkan saya bos. Saya janji besok tidak akan seperti ini lagi."
"Kenapa harus besok? kenapa ngga sekarang?"
"Kan sekarang udah waktunya pulang. Berarti mulai besok dong kerjanya bos."
Petang datang.
Kita kembali pulang.
Seperti biasanya. Akhir-akhir ini rumah berubah menjadi pasar malam. Ramai, karena akan ada pernikahan. Rencananya resepsi akan dihadiri segenap keluarga besar dari kedua belah pihak, kerabat dan teman sejawat dari Sukma Dan Bio.
Mulai dari katering, gedung resepsi , baju pengantin dan serba-serbi adat pengantin sudah siap. Kedua calon mempelai juga sudah dipingit dari kemarin-kemarin.
"Sayang,kamu kenapa? "
"Ngga"
"Kamu bahagia kan kakakmu menikah?"
" Iya bu"
" Kalau ada masalah,cerita sama ibu dong. Jangan diem terus sepanjang hari."
" Iya bu"
" Oiya,Pak Sandia akan datang kan diacara resepsi minggu depan? "
" Ngga tau. Dia aja ngga punya gebetan yang mau digandeng pas kondangan nanti"
" Ya suruh gandeng kamu aja "