"Ga tau, tuh. Mending lu ke sini, dah. Biar lebih enak nyindirnya, ye ga?"
"Oke."
Jean langsung narik tangan gue. Lalu kita berdua tarik kursi, ikut nimbrung sama Pete dan kawan kawan. Pandangan gue ga lepas dari Pete. Begitu juga dengan Jean.
"Cill. Dia, ya, yang kemaren mohon mohon ke lo buat diundang. Tapi sendirinya ga dateng."
Jari Jean menunjuk kepala Pete yang lagi nunduk mainin HPnya. Dari yang gue liat, sih, lagi chattan sama orang.
"Pet. Lu disindir lagi, tuh," adu Leo lagi.
Pete cuman mengangguk singkat. Dia fokus banget sama HPnya sampai ga nyaut.
Ga terima masih didiemin, Jean natap Pete sinis.
"Jadi manusia yang duduk di depan gue ini ga ke acara ultah lo. Tapi bisa ke kelab?" sindir Jean ga tanggung tanggung.
Mata gue langsung melotot waktu Jean bilang begitu.
Dia tau dari mana?
Aih!
Pasti dari akunnya Kristof! Kan, Jean juga ngefollow Kristof.
Kali ini Pete ga diem kaya tadi. Dia ngangkat wajahnya natap Jean dan gue dengan ga suka.
Lalu tersenyum. Kali ini gue yakin kalau dia ngasih senyum sinis.
"Lu berdua kalau ga tau apa apa mending diam."
Pete berdiri dari kursinya, hendak pergi.
Tapi sebelum bener bener pergi, Pete balik badan sebentar. Natap gue dalam.
"Lu kalau ada masalah sama gua, gosah nyuruh nyuruh temen lu buat nyindir."
Deg!
Gue menatap punggung Pete yang semakin menjauh dengan ga percaya. Dia ngomongnya emang selow, tapi menusuk.
Dan lebih mengejutkannya lagi, dia ambil tas nya lalu pergi keluar kelas.
Dia bolos?
"Eh, Pet! Mau kemana lu Pet! Woy Pet!" teriak Leo kaya orang gila tapi ga dihiraukan Pete.
Tubuh gue reflek ikut berdiri, mau nyusul Si Pete. Tapi tangan Jean nahan gue.
Jean menggeleng ke gue dengan matanya yang tajam.
"Jangan."
Gue liat Jean lalu menatap Pete dengan penuh amarah.
"Asal lo tau Peter. Gue yang emang mau nyindir lo! Bukan suruhan Cillya!" teriak Jean sebelum Pete benar benar menghilang dibalik tembok.
Jean menatap gue kesal.
"Ngapain lo susul dia?"
Gue tersenyum kikuk melihat Jean yang benar benar emosi. Mungkin bentar lagi gue bakal dimaki.
"Ternyata dia ga sebaik yang gue kira, Cill. Lo ga cocok sama dia. Dia itu fak boy."
Gue cuman diam.
Satu sahabat gue udah ga ngerestuin gue.
Gue tau, Jean yang paling ga terima kalau ada temennya yang diperlakuin ga baik. Contohnya kaya gue tadi.
Padahal itu masih bisa gue terima. Walaupun harus sakit hati.
Gue menatap ke pintu. Merasa ada yang salah.
Itu bukan Pete Sengah yang gue kenal.
Gue menatap ke Jean. Mungkin gue harus jelasin ke Jean.
"Dia ga biasanya kaya gitu."
"Trus?" Jean menatap gue tajam, "Mau dia biasanya baik kek, apa kek. Tetep aja itu ga mengubah kenyataan kalau tingkah dia barusan bikin gue pengen bunuh," kata Jean sadis.
Gue terdiam. Ucapan Jean juga benar.
"Mungkin dia lagi punya masalah?" kata gue sambil menerawang ke bawah.
"Mungkin."
Gue mengangkat kepala gue. Menatap Elios penuh tanda tanya.
Dari tadi dia cuman diam, bahkan gue hampir ga menyadari keberadaan Elios.
"Mungkin?"
"Iya. Mungkin aja. Setiap orang punya masalah bukan?"
Otak gue semakin dibuat bekerja.
Jadi Pete lagi punya masalah?
Kok tumben dia ga cerita ke gue?
Elios tersenyum ke gue.
"Udah, ga usah dipikirin. Nanti dia juga bakal cerita ke lu. Gua yakin," kata Elios bisa membaca pikiran gue.
"Lu tau dari mana dia pasti cerita ke Cilllya?" sewot Jean bikin gue yang semula percaya ucapan Elios jadi ragu.
Elios kembali senyum ke gue.
"Lu dan Queen dua orang yang Peter jadiin tempat cerita. Tapi belakangan ini Queen udah jarang, ya.. lu tau, lah."
Elios lalu menatap gue penuh keyakinan.
"Gua yakin seratus persen Peter bakal minta maaf sama lu. Lu ga usah khawatir, Cill."
Jean terlihat ga percaya.
"Kalau ternyata engga? Jelas banget tadi dia ga peduli!"
Elios tersenyum iseng ke Jean.
"Peter ga mungkin bisa marah sama Cillya.."
Hah?
"Maksudnya?" tanya gue ga mengerti.
Rasa sakit hati gue agak sedikit berkurang waktu dengar Elios mgomong kaya gitu.
Apakah saat ini gue sedang berharap?
Elios berdiri dari tempat duduknya.
"Peter ga mungkin bisa marah sama lu, Cill..," ulang Elios tepat di telinga gue.
"Seperti yang gua bilang. Dia pasti punya alasan."
Habis ngomong kaya gitu. Elios lalu pergi keluar. Gue ga tau dia mau kemana, mungkin mau nyusul Peter sebentar?
Sedangkan gue hanya duduk diam. Mengulang ngulang ucapan Elios. Berharap gue ga salah tangkap.
Meyakinkan diri gue. Ya. Pete pasti punya alasan.
Jean menepuk bahu gue pelan. Dia tersenyum iseng ke gue.
Jadi udah ga marah lagi, nih?
"Kalau dia emang punya alasan. Gue bakal kembali restuin kalian." Jean menatap gue dalam, "Tapi kalau engga.." Jean menjeda sebentar, "Dia layak dibuang," sadis Jean.
Gue menggeleng kecil. Mencoba menyangkal ucapan Jean.
Pete pasti punya alasan dan bakal minta maaf.
Gue cuman harus sabar.
Iya, kan?
Gue menghela napas berat.
Apa dia masalah sama bokapnya lagi, ya? Tapi kalau soal bokap, dia pasti bakal cerita ke gue.
Tapi.
Wait.
SEJAK KAPAN GUE PEDULI SAMA PETE BAU ITU!?
# # #