Aku tidak peduli jika pandangannya tentang ku tidak baik, karena sebelumnya dia juga pernah melihatku melawan ayah. Aang terlihat sangat kesal, tangannya mengepal seperti orang yang ingin menerkamku dan ingin mencabik-cabik wajahku.
"Jangan membuatku geram! Atau aku akan menyuruh jin-jin itu untuk mengusirmu dari sini!" Aang kembali mengancamku.
"Memangnya apa yang bisa kau lakukan kalau tidak mengandalkan jin-jin jelekmu itu? Gak ada kan? Kau sudah berhasil mengusirku dari kamar. Selanjutnya aku yang akan pergi dari sini, tapi itu bukan kerena kau mengusirku. Yang berhak menyuruhku pergi dari sini adalah Kak Fitri, bukan kamu"
Aang terdiam masih menatap tajam. "Kamu boleh tertawa puas membuatku ketakutan semalam, dan tanpa di usirpun aku akan pergi dari sini. Aku akan mengembalikan keris andalanmu itu, tapi dengan syarat... Hentikan guna-guna mu, sembuhkan Udin, dan jangan bermain-main dengan ilmu yang kamu miliki !" ucapku dengan nada yang lebih rendah dan bergetar.