Aku mengambilkan bang Aang air minum menggunakan gelas besar sesuai pesanannya, kemudian mengantarkan air itu ke ruang tamu dan aku duduk di seberang bangkunya. Aku lihat bang Aang makan dengan lahap, seperti orang yang tidak makan berhari-hari.
"Apa yang kau lihat!" ucapnya protes karena aku terus memperhatikan.
"Apa porsi segitu habis bang? Kau makan seperti orang yang tidak makan berhari-hari tau!" ucapku sambil menikmati cemilan.
"Aku memang tidak makan selama 3 hari! Kau pikir melakukan ritual seperti tadi cuma tinggal ritual saja?! Aku perlu berpuasa terlebih dulu"
"Berpuasa?"
Ooh jadi begitu. Ternyata tidak mudah ya, pantas saja dia terlihat pucat dan lemah sekali. Ternyata dia berjuang juga untuk memenuhi permintaanku, aku jadi merasa bersalah. Eh tidak... Ini kan sudah resikonya bang Aang, dia berani berbuat, dia juga harus berani menanggung resikonya.
"Hehe. Ternyata bang Aang baik juga ya. Rela berkorban demi orang lain" ucapku tersenyum lebar.