Selamat membaca
°•°•°
"Apa?! Kok nggak bilang dulu? Kamu nganggep aku itu apa sih,De?"
Kamu sendiri anggep aku apa? Sadar Diya. Tapi buktinya, saat ini bibirku masih terkunci dan pandanganku jatuh ke lantai.
"Minggu lalu udah ke London nggak pamit, sekarang mau pergi lagi? Terus nggak pamit lagi?! Inget... di sini kamu masih tanggungjawab aku."
Senyum tipisku muncul. "Mama udah kasih ijin." Sambil menggeret koper kecil hitam, aku melangkah melewatinya.
"OOH..!"
"Auwh..." Aku meringis kesakitan akibat tarikkan kuat di rambut panjangku yang terurai. Refleks aku memegang erat kepalaku guna meringankan rasa ngilunya.
"Udah sok-sokan ya!" lanjutnya penuh penekanan di nada maupun jambakannya.
"Lepas Diya..." lirihku memohon karena semakin pedas di kulit. Dengan brutal ia melempar kepalaku begitu saja sampai keningku hampir terantuk meja ruang tamu.