Selamat membaca
°•°•°
Tanpa kendala aku berhasil menyeberang jalan yang cukup ramai. Kakiku berhenti tepat di depan kafe dua pintu. Masing-masing bagian atas pintunya tercetak satu kata yang kutahu membentuk nama kafe itu kalau dibaca berurutan. KENANGAN MANIS, begitulah nama yang tertera setelah ku-eja.
Aroma kopi menguar begitu mendorongnya. Bibirku tersenyum dan menggumam satu kata, "enak..." hidungku lantas sibuk menarik napas, meresapi aroma pekat dan nikmatnya yang sangat kusukai.
"Selamat datang di kafe kami..." Memasang kedua tangan di depan dada--- ciri penyambut konsumen. "Kenangan manis, penenang untuk masa pahit yang tak kunjung habis. Mau di meja nomer berapa, Kak? Untuk pesanannya, ini bisa diisi dan buku menunya boleh dilihat-lihat dulu," susul si pelayan yang berdiri di depan komputer dengan senyum mengembang, satu tangannya terulur memberiku buku yang tadi disebutnya.