Selamat membaca
°•°•°
Aku berdeham, dalam hati menahan kesal. "Emang ya..." Dahi laki-laki ini mengernyit. "...bakat ngeselin semua orang itu udah ada... sejak brojol!"
Kekehan bocah tengil itu membuat beberapa pasang netra mengarah ke sini. Tak lama kemudian dia bilang, "pindah duduk sekarang. Mau ngomong, buruan... nggak ada lama-lama."
Dengan menggeram, aku mengangkut semua barang yang ada di meja dan segera mengikutinya. Heran sudah aku dibuatnya. "Mau ngomong apaan coba? Tapi kayaknya serius." Otakku malah dipenuhi kebingungan, penasaran, dan kewaspadaan. Entahlah, Nino aneh.
"Nggak mau basa-basi," ujar Nino saat cokelat karamel hadir di depannya.
Aku mengangguk setuju. "Oke... mau ngomong apaan?" lalu menyesap es coklatku yang masih setengah gelas.
Dengan tatapan datar, Nino melayangkan kalimat, "ada masalah sama Sean?"