Selamat membaca
°•°•°
Tempat yang memiliki banyak spot foto ini memang bisa dikatakan unik. Bagiku, lumayan menarik. Itu bisa terjadi karena dari sejak awal kita bereempat membeli paket foto, penawarannya cukup membuatku terkagum-kagum. Di bawah ini adalah daftar beberapa paket foto yang ada di Istana Gaya :
* Suasana indoor, sebanyak 5 objek. Harga : Rp. 25.000,-/orang.
* Suasana indoor, sebanyak 10 objek. Harga : Rp. 50.000,-/orang.
* Outdoor tema pedesaan, sebanyak 5 objek. Harga : Rp. 45.000,-/orang.
* Outdoor tema perkotaan, sebanyak 10 objek. Harga : Rp. 75.000,-/orang.
* Outdoor tema musim di dunia, sebanyak 10 objek. Harga : Rp. 105.000,-/orang.
☆ Paket Spesial : Rp. 90.000,-/orang yaitu indoor sepuluh objek ditambah outdoor tema pedesaan.
☆ Paket Berkelas : Rp. 115.000,-/orang yaitu indoor sepuluh objek ditambah outdoor tema perkotaan.
☆ Paket Berbintang : Rp. 135.000,-/orang yaitu indoor sepuluh objek ditambah outdoor tema musim-musim di dunia.
Lain-lain :
● Bonus untuk pelanggan di semua paket : gratis fotografer dan cetak foto.
● Masing-masing paket hanya boleh mencetak foto sebanyak tiga kali.
● Jika ingin bergaya atau mencetak foto lebih dari tiga kali, diwajibkan merogoh kocek : Rp. 10.000,-/cetakan.
• Semoga hari Anda menyenangkan :)
Pilihan kami bereempat sudah jatuh pada paket berbintang yang menurutku pribadi, sangat-sangat indah di dalam bayanganku sedari tadi. Apalagi ini adalah perayaan yang baik dari kedekatan grup BELOK.
Benar saja, di saat matahari terik seperti sekarang dan sinarnya mungkin sudah mulai menyengat tubuh, aku dan kawan-kawan malah tidak merasakannya sama sekali. Padahal kita sudah ada di lokasi outdoor, di mana banyak sekali pelanggan yang sudah berpesta dengan gaya-gaya yang mereka tunjukkan. Aku pikir, banyak orang yang lebih memilih paket spesial, nyatanya di depan mataku sekarang, paket berkelaslah yang menyentuh rekor. Peringkat kedua adalah paket berbintang, dan yang terakhir sudah pasti paket spesial.
"Kamu milih tempat foto yang keren, Lin..." pujiku, benar-benar salut akan gadis yang tengah jalan di sampingku dan di sebelah Nino. Kulirik laki-laki itu sekilas, ternyata masih asik memainkan ponsel.
"Ya harus tahulah, De... Lagian ini kan salah satu objek wisata di tempat tinggalku. Menurutku ya... aku wajib tahu."
"Tempat ini udah ada lama loh... Masa kamu nggak tahu? Memangnya kamu nggak pernah main ke tempat-tempat wisata?" tanya Elisa sambil menengok ke belakang, tepat ke arahku.
"Dea kan baru di sini, El... Wajar dong kalo dia enggak kenal tempat ini." suara Sean yang langsung menyela.
"Besok-besok kalo aku ajak keliling mau nggak?" kini Nino menawari.
"Mending sekalian berempatlah..." balas Sean yang membuatku menoleh ke Alin. Gadis yang pakaiannya kebetulan serasi sama Nino itu malah menyunggingkan senyumnya lebar-lebar.
"Terserah Nino dong..." sela Elisa. "Kalo dia mau ngajak Dea berdua ya silahkan-silahkan aja, kenapa kamu yang ngelarang?" katanya lagi. Posisi jalannya persis di depan Alin. Sedangkan si pacar yang ada di sebelahnya, melangkah tepat di depanku.
"Siapa yang ngelarang sih...? Aku kan cuma bilang, mending berempat sekalian. Lebih seru kan?"
"Terserahlah!" sahutnya. "Aku tunggu di sana." seraya menunjuk salah tempat makan yang ada di sini. "Seneng-seneng ya kalian!" Tak lupa untuk melemparkan senyum manis yang menurutku sedikit dipaksakan. Aku membalas dengan senyuman. Nino mengiyakan, Sean dan Alin yang kulihat cuma memberi anggukan kecil.
"Enggak dari tadi aja perginya..." bisik pecinta jepit pita.
Langsung kucubit pelan saja lengan kanannya. "Husssh... Jangan kayak gitu!" tuntutku ketika Elisa sudah berlari menjauh.
"Bukan gimana-gimana ya De... Aku ngerasa aneh aja sama dia..." Alin nampak berpikir. Dan lagi-lagi dia bertanya dengan bisikan, "dia cemburu kali ya?"
Dahiku yang semula datar mendadak timbul kerutan. "Emang iya?"
"Entah..." ucapnya yang kali ini tanpa berbisik dan terdengar jelas di telinga siapa pun orang yang menangkap suara itu.
Sampai Sean-Nino menengok dan bertanya, "apa?"
"Nggak." balasku dan Alin secara bersamaan. Berakhir dengan sudut bibir kami berdua yang tertarik ke atas setelah melihat gelengan kepala kedua lelaki itu beberapa kali. Ternyata, sosok tampan alias orang yang kucinta, sudah berdampingan denganku.
"Tck, aneh..." gumam Nino yang disetujui Sean.
Kulirik dan kuamati cowok di samping kananku. Baru sadar kalau kita cukup cocok, sama-sama memakai pakaian berwarna terang, berani. Dia berkaos merah. Ada tulisan 'SEAN-SEAN-SEAN' yang berjejeran, di bagian kaos paling ujung. Di bagian atas yang melengkung, memutari potongan leher, tercetak kalimat : SEneng makAN. Terakhir di bagian dadanya yang bidang yaitu SEmalamAN.
"Kaosmu gokil ya..." komentarku saat Sean melemparkan tatapannya.
Dia lantas terkekeh. "Iseng-iseng desain gambar sama milih kata-katanya sendiri." Aku pun ikut terkekeh mendengarnya.
Tapi jujur saja, aku semakin memuja Sean. Si baik, kreatif, pintar, dan tampan. Terakhir yang membuatku sangat menyukai sosoknya adalah pandangannya yang selalu memancarkan keteduhan. Kukembangkan senyumku hingga dia memalingkan wajah, untuk fokus melihat-lihat sekitar.
Sesampainya di tujuan, aku tak henti-hentinya berdecak kagum dan terkadang melongo dibuatnya. "Ini keren abis... beneran deh!" seruku dengan mata berbinar.
Di depanku, lautan bunga yang beragam jenisnyalah yang mampu membuatku jatuh cinta dengan tempat ini. Belum lagi properti yang akan kami gunakan nanti. Tema musim memang cocok untuk suasana hatiku saat ini. Aku tak bisa berhenti mengulas senyum di wajah. Mungkin akan seperti ini sampai malam nanti.
"Aku kumpulin aja tiketnya..." suara Alin seraya menjulurkan tangannya.
"Yakin?" tanyaku sambil menyerahkan salinan tiket paket berbintang, karena yang satu sudah lebih dulu kita gunakan. Memang begitu cara kerjanya. Saat berfoto di dalam ruangan pun, kami harus mengumpulkan tiket ke petugas. Barulah kita mendapatkan bonus-bonus yang tertera sesuai tarif yang kita keluarkan.
"Biar aku temenin." ucap Nino tanpa kuduga-duga. Dengan begitu ekspresi menggodaku muncul. Tanganku lantas menyentuh dagu Alin.
Sebelum Alin angkat suara yang kuyakini bahwa dia ingin sekali menolak tawaran Nino, Sean lebih dulu berujar sembari menepuk-nepuk bahuku, "sip-sip...! Kalo gitu, biar Dea sama aku yang cari minum sama cemilan buat jam-jam ke depan."
Nino mengangguk setuju. "Oke" tangannya langsung menempel di pergelangan cewek berjepit pita yang terdiam melihat padaku. "Yok!" tak ada bantahan dari Alin, hanya bibir manyunnya yang dia tunjukkan untukku.
Tertawa-tawa dalam hati aku dibuatnya. Amat sangat puas melihat sahabatku yang memiliki gengsi tingkat tinggi inu, langsung kicep jika diperlakukan semanis itu oleh Nino. Padahal aku tahu, secuil dari perasaannya, membuat dada Alin bergetar. Bak suasana hatiku sekarang, saat sedekat ini bersama Sean.
Di saat wajah dan tubuhnya sedekat ini denganku, gemuruh hadir di dada. Kalau dia seperti ini, sosoknya menjadi pribadi yang kukenal dulu, tepat sebelum hatinya tersita dan ada di genggaman Elisa. Ya, tiba-tiba aku teringat akan cewek yang memiliki suara merdu itu.
Ekspresi sinis yang dia lemparkan untukku beberapa waktu lalu masih terekam jelas. Aku jadi harus berkali-kali menarik napas panjang. Satu sisi karena Sean di sebelahku yang terkadang mengirim raut bahagianya. Dan di sisi yang lain, akibat dari ekspresi Elisa yang menimbulkan rasa gelisah dan cemas dalam diriku. Lalu jika begini, pantaskah aku merasa senang seperti beberapa menit lalu?
°•°•°
Terima kasih sudah datang :) banyak-banyak terima kasih untuk pembaca setia :*
Selalu jaga kesehatan ya! =)
See you XD
God bless you <3