Selamat membaca :)
°•°•°
Al tidak jadi bangkit dari sofa. Rahang tegas mulai mengeras. Mengunci mata teduh yang ditumbuhi bulu mata lentik dengan tatapan menajam.
Menghunus sepasang mata cantik itu hingga sang empu berhenti tertawa. Nasya melipat bibir seperti orang ketakutan. Mulut tidak berani mengeluarkan suara ketika sosok di samping mencondongkan tubuh ke arah Nasya.
"Ka--Kak... Ka--Kak Al kenapa tambah deket? awas."
"Coba ulang pertanyaan kamu." Suara Al terdengar berat dan menuntut di setiap kata.
Nasya juga bisa menangkap nada penuh kemarahan yang kentara. Entah mengapa, jantung Nasya berdegup seperti sedang berolahraga. Degupan itu mirip sekali dengan kejadian beberapa tahun lalu ketika Sean marah besar untuk pertama dan terakhir kalinya. Mungkinkah kakak kelasnya itu sedang marah besar seperti sang papi?
"Ulangi pertanyaanmu, Cantik." Tidak ada nada menggoda di saat Al menyuruhnya. Nasya sangat paham sekarang. Hati lelaki itu sedang panas.