Selamat membaca :)
°•°•°
"Cium, Sayang." Kali ini Sean ingin Dea yang mengawali.
Nyonya Sean menggeleng lemah. Merasa ada yang tidak beres, buru-buru menahan dada Sean dengan dua tangan yang secara cepat terulur ke sana.
Melihat tingkah istrinya, Sean berdecak. Pura-pura kesal dan menjatuhkan diri ke samping istrinya sambil memejamkan mata. Sean tengkurap, tidak jadi memberikan bibirnya.
"Iya-iya!" seru Dea dengan tak kalah kesal. Kenapa Sean harus menyuruhnya? Dea bahkan sangat amatir untuk urusan seperti ini.
Dea melihat saat Sean tetap tidak mau pindah posisi. Kepala batu! Dea mau tak mau mulai menggerakkan tangan. Mengelus punggung Sean dan berbicara pelan, "kamu tau... kayak gini masih baru buat aku. Aku masih kaku, Sean...."
"Cuma cium, yang lain biar aku yang jalan."
Tanpa diduga, Sean kembali memposisikan badannya di atas sang istri. Mata teduhnya sungguh mengagumkan. Dea tidak bisa mengalihkan pandangannya dari sana.