Selamat membaca :)
°•°•°
Sean mencium kening istrinya sebelum angkat kaki dari teras rumah mereka. Di awal tahun ini, Sean berangkat seperti biasa. Setengah delapan dari rumah.
"Makan siangnya nanti aku anter ya," ujar Dea ketika tatapan mata keduanya kembali bertabrakan.
"Oke, Sayang. Aku berangkat!"
"Hati-hati! jangan ngebut!"
Sean geleng-geleng dan menyahut, "enggak, Sayang. Jalannya nanti macet. Jadi enggak bisa nerjang."
"Emang kamu dukun? sok tau sama kondisi jalanan."
Dengan merekahkan senyum, lelaki berjaket jeans itu mengangguk. "Dukun cinta, tercipta khusus untuk Nadea."
"Dih!" Dea menampilkan ekspresi jijiknya. Tapi tak bisa dia bohongi kalau perasaannya bertabur bunga-bunga seperti tamannya yang sekarang. "Dasar, anaknya Mami Debora tukang ngerayu!"
Sean yang hampir memakai helm full facenya, kembali menoleh ke Dea yang tengah melipat tangan di depan dada. "Serius, Sayang? bukannya kamu belum dirayu? belum dirayu tapi udah jatuh cinta sama saya."