Selamat membaca :)
°•°•°
Efek pelukan dan hawa sejuk yang mendukung, Dea dan Sean tertidur nyenyak. Padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul enam lebih empat puluh menit. Posisi dua anak manusia itu tidak berubah sejak terbangun, saling membagi kehangatan lewat pelukan.
Dea senantiasa mengikat Sean dengan dua tangan, yang tak seberapa kuatnya dibanding lengan sang suami. Begitu sedih sampai takut kehilangan Sean. Faktanya, sampai sekarang pelukannya ke Sean tidak melonggar.
Bukan cuma perempuan cantik yang semalam dikerjai Sean, suami tampan itu pun sama. Karena menyesal dan tak mau melihat air mata istrinya, Sean mendekap tubuh Dea. Dea terbungkus tangan kekarnya dan juga selimut krem mereka.
Hingga sebuah suara ketukan dari belakang pintu yang terdengar ragu-ragu, sukses masuk ke telinga lelaki bermata teduh itu. "Permisi, Bu Evi sudah buat sarapan, Mas Sean, Mbak Dea. Bu Evi sekalian pamit mau ke toko bunga, Mas Sean," ujarnya sedikit kencang, setelah ia berhenti mengetuk.