Selamat membaca :)
°•°•°
Tanpa ragu, Dea melangkah masuk ke ruangan Sean. Kesalahan Dea adalah ia lupa mengucapkan salam sebelum membuka pintu. Sampai-sampai, salah satu teman kerja Sean menoleh ke arah benda mati yang terbuka begitu saja.
"Eh... maaf, aku lupa ngetuk pintu sama ngucapin salam. Maaf... maaf sekali lagi semuanya." Dea sungguh merasa tak enak hati. Kepalanya menunduk dalam-dalam. Dea menyesal. Rasa malu seakan menguar di sekitarnya saat ini.
"Makasih. Permisi, Mas." Seseorang yang itu berbicara pada Sean.
"Oke. Lanjut nanti."
Lelaki berkemeja putih polos yang tadinya berdiri di depan meja Sean itu, kini membalikkan badan. Ia melangkah lebih dekat ke Dea. Maksud hati untuk membuka pintu yang berada di belakang Dea.
"Permisi, Mbak...."
"Oh iya... maaf sekali lagi." Sembari menyingkir, Dea tersenyum miris. Dalam hati merutuki kecerobohannya.
"Iya, Mbak," orang itu menyahut santai. Pintu pun tertutup. Tepat setelah sang pria melewati benda datar itu.