Selamat membaca
°•°•°
Tepat di jam dua belas siang nanti, Mama memerintahku ke rumah Mami Debora. Mama mengabariku lewat chat, barusan. 'Ada yang mau Mama bicarakan, Dea' begitulah isi pesannya.
Detik ini, aku masih menunggu dua es. Satu es kopi, satunya lagi es coklat, sama-sama dibungkus. Aku membeli es nikmat itu di warung seberang studionya teman Sean. Karena pembelinya ramai, kisaran enam sampai tujuh orang, waktu lima menitku jadi terbuang hanya untuk berdiri.
"Ini, Mbak, silakan. Terima kasih..." ujar bapak berkaos abu-abu polos di hadapanku itu.
"Sama-sama, Pak. Permisi."
Dua bungkus es teh sudah di tangan, uang sudah kubayar ketika di awal aku pesan. Aku pun kembali ke ruangan Sean dengan terburu-buru.