Selamat membaca
°•°•°
"Kayaknya aku masih punya nasi." Tadi pagi aku sempat membuat nasi sebelum pergi cari souvenir pernikahan. Untuk jaga-jaga juga jika mau makan siang atau makan malam di rumah.
"Sayang... ada yang perlu aku bantu?"
Menoleh ke sumber suara yang ada di belakangku. "Nggak ada kok... kamu ke ruang tamu aja." Menyahut bersama senyum manis di wajahku.
Bukannya mendengar dan menurut, Sean malah mengatakan, "aku pengen nonton kamu masak, Sayang..." berdiri di sebelahku. "kamu masakin aku apa?" sambungnya.
Aku menghela napas panjang. "Ya udah." Pasrah sajalah.
"Kamu masakin aku apa, Sayang?"
"Nasi goreng."
"Pasti enak!" komentarnya. Padahal aku masih menghancurkan cabai, bawang merah, dan bawang putih. "Mau aku bantuin?"
"Makasih... tapi nggak usah. Kamu duduk anteng di ruang tamu aja." Masih dengan tangan yang semangat menghaluskan nahan-nahan dasar tadi di atas cobek.
"Kenapa nggak pakek blender, Sayang? lebih cepet, kamu juga enggak capek."