Selamat membaca
°•°•°
"Atas nama Nadea...!" panggil seorang petugas kasir yang membuatku menatapnya dari sini.
Aku lekas beranjak dari kursi tunggu, yang kemungkinan, jaraknya tiga meter dari kasir. Sean ikut berdiri, dia jalan di sebelah kiriku sambil memegang ponsel. Entah ada pesan dari siapa.
"Saya, Mbak," jawabku setelah berhenti tepat di depan meja kasir.
"Saya ulangi pesanannya ya." Aku tersenyum simpul menanggapi. "Seratus lima puluh biji untuk gelas batik, seratus biji untuk sapu tangan dalam botol, dan pesanan ketiga... vas bunga." Dia memeriksa sembari mengecek layar komputer di depannya. "Betul ya, Mbak?"
Mengangguk membenarkan, "betul... totalnya jadi berapa?" Aku bertanya dengan memandang lurus bersama senyuman kecil.
"Semuanya jadi delapan juta rupiah, Mbak."
"Oke." Lalu aku menengok ke Sean, pemilik gudang uang. Sean ternyata sudah mengeluarkan dompet dari celana jeans hitamnya. Menyodorkan kartu debit ke pegawai kasir dan langsung ia proses.