Selamat membaca
°•°•°
Benar kata Sean sebelumnya, tamu yang datang ke sini cuma kerabat dekat Alin maupun Rio. Buktinya, meskipun bertambahnya makhluk bernapas di dalam rumah raksasa ini, mereka tak lain adalah keluarga jauh dari dua sejoli yang dimabuk cinta itu. Ketahuilah, sesi dansa ini bukannya membuatku tertawa seperti pasangan di atas panggung sana, tapi malah membuatku sibuk berpikir. Lebih tepatnya, mengajak otak untuk mencari tahu bagaimana caranya jantung itu berhenti melakukan senam aerobik. Lincah sekali jantungmu, Nadea... dasar, jantung Dea, alay sekali.
"Kamu laper, Sayang?" Antara bertanya dengan sok tahu sepertinya beda tipis. Tetapi ini bukan keduanya. Suara Sean seperti sengaja menggoda. Terdengar dari kekehan yang meluncur, setelah aku menatap matanya cemberut. "Kenapa, Sayang? ditanyain malah wajahmu mirip, bebek adus kali (bebek mandi di sungai)."
