Selamat membaca
°•°•°
"Ke rumah sakit sekarang."
Sean yang sudah menyalakan mesin mobilnya langsung menoleh. "Siapa yang sakit, Sayang?"
Aku diam, perasaanku masih menarik kekecewaan yang semula sudah meredup. Entah kenapa rasa marah kembali datang begitu wajah Papa masuk dengan sendirinya ke dalam otak dan mata. "Mama drop... aku nggak mau Mama kenapa-napa." Air mata dengan santainya turun, aku menambahi, "ayok kita berangkat sekarang, Sean...."
Dia mengangguk paham. Tangan kirinya menggenggam erat satu tanganku dengan sendirinya. "Tetep kuat, jangan mikir macem-macem." Calon suamiku itu menyemangati sambil menjalankan mobil merahnya.