Selamat membaca
°•°•°
Aku benar-benar membelalak begitu membaca pesan Diya. Kembaranku itu melapor bahwa Papa dan Mama sudah siap-siap untuk berangkat ke Surabaya. Aku khawatir dan refleks teriak, "Sean! gimana nih... Mama belum sembuh tapi udah mau pergi!"
"Ha? pergi ke mana, Sayang?" Dia terkejut tapi berusaha fokus nyetir.
Sementara otakku sudah mulai panas. "Ke Surabaya! ini pasti mau ke acaranya Elisa! gimana dong?!"
"Kamu tenang dulu... memangnya kamu tau dari mana Mama mau pergi?"
"Diya! ini Diya baru aja bilang ke aku... bentar, aku telfon Mama aja." Begitu mendial nomor Mama, handphone Mama malah tidak aktif. Rasanya aku ingin memarahi Papa, tapi takut kalau dosa. "Ini nggak aktif!"
"Coba telfon Papa," saran Sean yang membuat emosiku makin memuncak seketika. "Udah, buruan dicoba... jangan marah dulu, Sayang."
"Males ah..." putusku sambil membuang muka, mengarah ke jendela di sebelah kiriku.