Setelah ungkapan rasa sayang Arion, aku jadi grogi membuka pintu. Arion sampai mengulurkan tangannya membantu membuka pintu penumpang untukku. Tanpa menoleh, aku melangkahkan kaki dengan cepat masuk ke dalam rumah. Hampir saja kakiku tersandung undakan di teras saking masih gugupnya karena aku tahu, Arion masih belum melepaskan pandangannya sampai aku menghilang di balik pintu. Ya Tuhan, tolong jaga diriku agar tak mudah jatuh dalam pesonanya, doaku dalam hati. Walau aku sangsi bisa menghindari pria yang punya prinsip tak mudah menyerah jika tujuannya belum tercapai.
"Lho, baru pulang Sandri?" Mama bertanya dengan raut wajah heran melihatku baru tiba. Tak biasanya aku pulang larut begini. Karena aku tertahan di apartemen Arion tadi, jadinya aku baru tiba di rumah setelah jarum jam hampir menyentuh angka 10. Itu sudah termasuk larut bagiku yang bekerja secara freelance.
"Iya Ma. Setelah jenguk Rannu, Sandri ke tempat Mas Ferdy kemudian lanjut ke tempat Mas Arion."