Abi menoleh saat ada orang yang memanggilnya. Mata Abi terbuka lebar saat mengetahui orang yang ada di hadapannya.
"Aku senang melihatmu kembali." orang tersebut segera memeluk Abi, bahkan sebelum Abi sempat berkata-kata.
"Kau salah orang" kata Abi masih coba mengelak.
Orang tersebut melepas pelukannya, ia menatap dengan heran kepada Abi. Bagaimana dia bisa berkata salah orang jika tadi jelas-jelas Abi menoleh ke belakang saat dirinya memanggil nama Abi.
"Berani-beraninya kau coba membohongiku? Aku tahu ini pasti dirimu awas saja sampai kau menyangkalnya. Berapa lama lagi kau akan bersembunyi dariku? Kesalahan apa yang sudah aku perbuat hingga kau menghukumku seperti ini. Apakah persahabatan kita sudah tidak ada artinya lagi bagimu?"
"Hah!" Abi menghela nafas.
Abi merasa sudah tertangkap basah ia tidak bisa lagi menghindar.
"Baiklah, Aku mengalah. Bagaimana kabarmu?" Abi melihat orang di hadapannya dari ujung kepala hingga ujung kak.
Abi masih saja berakting meski ia sudah tertangkap basah. Bagaimanapun juga Abi harus berpura-pura bahwa ini kali pertama Abi bertemu kembali dengan Putra.
Putra tidak akan curiga jika Abi bersikap biasa. Abi tidak ingin mengambil resiko jika Putra sampai mencurigai identitas lainnya. Baagaimanapun juga Naya belum boleh tahu tentang keberadaannya.
"Kamu berhutang banyak penjelasan kepadaku, kapan kamu akan melunasi hutang penjelasan itu?"
"Aku tidak bisa berkata banyak saat ini tapi aku mau minta tolong kepadamu, jangan beritahu Naya jika kamu telah bertemu denganku."
"Kanapa? Naya harus tahu, dia orang yang sangat ingin bertemu denganmu Naya yang selama ini selalu mencarimu. Kamu sungguh keterlaluan, melarangku untuk memberitahu Naya Jika kamu sudah kembali."
"Aku tidak bisa jelaskan alasannya secara detail sekarang, tapi aku jadi akan menjelaskan semuanya kepadamu. Aku mohon jangan beritahu Naya, ini untuk kebaikannya dan juga kebaikanmu."
"Sial! itu yang aku benci darimu kau selalu memikirkan tentang orang lain. kapan kau akan memikirkan tentang dirimu sendiri?"
"Jika kamu ingin penjelasan dariku, turuti saja permintaanku. Jangan beritahu nanya atau kau akan menyesal."
"Kau sedang mengancam ku?"
"Aku serius. Kuharap kau mengerti." kata Abj sungguh-sungguh.
"Ah, baiklah. Aku terpaksa tutup mulut, tapi kau harus cepat memberiku penjelasan."
"Ok. ngomong-ngomong Kenapa kau berada di sekolah?" tanya Abi penasaran.
"Aku mengantar sumbangan Papa untuk sekolah. Setiap sebulan sekali aku pasti datang kesini, kebetulan sekali kita bertemu hai ini. Kau sendiri, kenapa datang kemari?"
"Karena aku merindukan sekolah ini."
"Sial! kau memang tak pernah mau mengakui. Hemm bilang saja jika kau diam-diam merindukan Naya."
Abi hanya tersenyum tanpa memberikan jawaban.
"Sayang sekali aku tidak punya banyak waktu saat ini, aku harus pergi. Tapi sebelum aku pergi, berikan dulu nomor ponsel mu agar aku bisa menagih janji penjelasan yang kau janjikan. "
"Tidak perlu khawatir nanti aku yang akan menghubungimu."
"Aku tidak bisa mempercayaimu, berikan saja nomor ponselmu."
Abi memberikan nomor ponselnya sesaat sebelum pergi. Abi lalu bertanya kepada dirinya sendiri, Apakah benar tujuannya datang ke tempat ini karena merindukan Naya?
Abi tersenyum, ia lalu melanjutkan nostalgianya terhadap sekolah tersebut.
Naya sampai pintu gerbang depan SMA Nusantara. Naya menatap bangunan yang masih berdiri kokoh di hadapanya itu.
Menatap hingga puncak bangunan.
Ah, sebentar lagi akan turun hujan. Awannya begitu gelap dan nampak bersiap menjatuhkan titik-titik air hujan. Baiklah, Aku hanya berkunjung sebentar. Semoga aku sempat kembali ke Asrama sebelum turun hujan.
Naya lalu menuju pos penjagaan di dekat gerbang. Naya meminta izin untuk berkeliling sekolah, ia berjanji tidak akan mengganggu proses belajar mengajar. Pak satpam memberinya izin. Nasib baik penjaga sekolah masih orang yang sama, jadi beliau masih mengenal Naya meski awalnya tidak mengenalnya karena penampilan yang berbeda.
Naya mulai menyusuri jalan di sekolah tersebut. Naya lalu teringat dengan tempat favoritnya dulu. Ia melangkah dengan semangat ke tempat itu, tempat dimana ia biasa menghabiskan waktu bersama Abi dan Putra.
Seseorang dengan penampilan yang rapi nampak duduk di tempat itu, taman kecil yang berada di sudut kiri lapangan basket. Naya mempercepat langkah kakinya.
Naya menghentikan langkah kakinya tidak jauh dari pemuda tersebut. Terselip harapan semoga tidak salah orang.
"Kamu, Abi? benarkah itu Kamu?" tanya Naya setelah mengumpulkan keberanian. Pemuda tersebut menatap Naya dengan terkejut.
Ia cepat menguasai dirinya. lalu sebuah senyum merendahkan ia tampilkan untuk mengelabui Naya.
"Siapa kau? Aku bukan orang yang kau maksud. Apa kau penguntit? Sudah dua kali kau memperlakukanku seperti ini. Apa kau terlalu mengagumiku?" katanya angkuh.
Kalau aku salah menduga, lalu untuk apa dia berada dibtpat ini? Naya menjadi semakin curiga.
Apakah ini waktunya identitas Abi terbongkar?