Chereads / Me Vs Your Identity / Chapter 40 - Mencari Kehangatan darimu (1)

Chapter 40 - Mencari Kehangatan darimu (1)

Abi basah kuyup ketika sampai di ambang pintu pos. Abi melihat Naya sudah pingsan, terkulai lemas di atas lantai.

Abi segera mendekat, lalu mengendongnya. Abi membawa Naya menerobos derasnya air hujan. Dipikiran Abi, dia harus cepat membawa Naya ke Rumah Sakit.

Naya dapat melihat kekhawatiran di wajah pria yang sedang mengendongnya. Sedikit kesadaran yang masih ia miliki mampu merekam wajah orang yang menolongnya.

Sesaat sebelum ia benar-benar pingsan, Naya melihat kemeja Abimanyu pada bagian lengan atas merembes warna merah seperti darah. Ini seperti luka yang pernah ia lihat. Naya ingin memastikan tapi kemudian ia lebih dulu tak sadarkan diri.

Abi menunggu di luar saat Naya diperiksa oleh dokter. Tapi baru ingat jika dia melupakan sesuatu.

Tadi saat Naya pergi setelah menjenguk Adi, Abi jadi teringat dengan pak Nindyo yang sudah ia anggap seperti orang tuanya sendiri. Sudah lama ia tidak mengunjunginya. Jadi Abi pergi ke SMA Nusantara untuk menemuinya, tapi sayangnya pak Nindyo sedang tidak masuk kerja.

Abi mengambil ponselnya dan menghubungi Hafa.

"Hafa, tolong kamu kirimkan hadiah ke rumah Pak Nindyo seperti biasa. Ah tidak, kali ini beri lebih. Sertakan pesan bahwa aku akan segera mengunjunginya." Kata Abi dalam panggilan telepon.

"[Ok, akan segera aku siapkan. Kamu sedang dimana sekarang?]"

"Aku sedang di Rumah Sakit. Ada sedikit masalah."

"Kamu terluka? Kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Hafa khawatir.

"Bukan Aku, tapi Naya."

"Ada apa dengannya?"

"Dia pingsan, dia memiliki sedikit trauma."

"Semoga keadaannya lekas membaik."

"Terima kasih Hafa. Baiklah, aku tutup panggilannya."

"Tunggu, apa kamu akan menghadiri pertemuan dewan direksi Sore nanti?" tanya Hafa.

Abi melihat jam tangannya. "Aku rasa tidak akan sempat, aku tidak bisa meninggalkan Naya. Dia belum sadar."

"Baiklah, kalau begitu biar aku yang datang untuk mewakilimu."

"Terima kasih Hafa. Aku bisa mengandalkan mu."

"Sudah tugasku."

Abi menyimpan kembali poselnya saat seorang suster keluar untuk memberitahu jika pasien boleh di temui.

Abi masuk ke ruang ruang pemulihan untuk melihat keadaan Naya. Abi mencoba untuk menggenggam tangan Naya. Ia bersiap untuk menarik kembali tangannya jika Naya tiba-tiba terbangun.

Abi duduk di kursi kecil samping tempat tidur Naya. Abi tersenyum karena dia bisa menggenggam tangan Naya. Lalu ia menatap Naya yang nampak damai dalam tidurnya. Cukup lama Abi menunggu Naya sampai sadar, hingga ia mulai lelah.

Tubuhnya terasa dingin meski ia sudah berganti pakaian. Abi lalu menyandarkan kepalanya di tepi ranjang sambil tangannya terus menggenggam tangan Naya. Abi terlelap.

Naya merasa tubuhnya jauh lebih nyaman dari sebelumnya. Ia tidak lagi merasakan kedinginan. Naya rasa seluruh tubuhnya dalam kehangatan. Begitu juga dengan tangannya bukan hanya merasa hangat tapi ia juga merasa nyaman dan selalu dilindungi. Naya bermimpi seorang pria menggenggam tangannya dengan erat, meyakinkan Naya aman dalam genggamannya.

Tangan Naya merasa kesemutan, ia menggerakkan tangannya tapi entah kenapa ia merasa genggaman ini nyata, seperti bukan dalam mimpi. Naya ingin bangun tapi ia takut akan kehilangan rasa nyaman tersebut. Naya memutuskan untuk kembali bermimpi di dalam mimpinya.

Sementara itu di Asrama, Kak Ana mengumpulkan penghuni Asrama untuk berkumpul di ruang tengah yang biasa mereka gunakan untuk rapat.

Semua berkumpul kecuali Naya, ia belum pulang. Kak Ana tidak mempermasalahkan itu karena ia tahu di mana keberadaan Naya saat ini.

"Baiklah semuanya aku mengumpulkan kalian semua untuk memberitahukan bahwa pihak kami telah menemukan tersangka dalam kejadian di studio kemarin"

"Hah, tersangkanya sudah ditemukan? berarti benar jika kejadian kemarin itu adalah sabotase."

"Iya, aku tidak menyangka ada yang tega melakukan itu."

"Benar. Apa mungkin orangnya tidak percaya diri, Ia tidak mempunyai kemampuan yang cukup jadi, ia berusaha menyingkirkan lawannya dengan cara licik."

"Benar, aku juga berpikir seperti itu." Timpal yang lain.

Mereka saling berbisik dan menatap penuh curiga ke peserta lain. Mereka tidak sabar untuk mengetahui siapa pelakunya.

"Kalian diamlah, beri kesemptan bagiku bicara, kita akan segera tahu siapa dalang dibalik kejadian kemarin. Aku yakin pelakunya pasti akan didepak keluar dari kompetisi ini." Kata kak Ana tidak main-main.

"Setuju, aku berharap seperti itu. Terlalu berbahaya memberi kesempatan kedua. Bisa-bisa sang pelaku kejahatan melakukan kelicikan lebih membahayakan dari ini."

"Setuju." Tambah yang lain.

"Tenanglah, aku akan memberitahu kalian. orang yang harus bertanggung jawab dalam peristiwa kemarin. Aku pastikan dia akan menerima sanksi yang pantas. Saat namanya aku sebut, aku minta orangnya berdiri di sampingku." jelas kak Ana sebelum menyebut nama pelakunya.

Kak Ana menatap satu persatu peserta yang ada di hadapannya. "Aku tidak menyangka jika dialah orangnya." Kak Ana nampak kecewa. "Baiklah, pelakunya adalah ..."

Wah, siapa pelakunya? Apakah akan sesuai dengan tebakan peserta yang lain?