Nyonya Sanjaya menatap putranya dengan takjub, ia terkejut dengan penjelasan yang diberikan oleh putranya. Dia lalu tersenyum sambil mengusap lembut pipi kiri putranya.
Putraku sudah dewasa sekarang. Ah, entah sejak kapan dia berubah. Dulu dia sangat sulit diatur dan bertindak sesuka hati. Semasa sekolah dia adalah pemuda pembuat onar. Hmm, aku rasa ini semua karena Naya, nama gadis itu selalu keluar dari mulut Putra. Aku harap Naya dapat merasakan ketulusan hati Putra dan mereka dapat bersatu. Baiklah, aku akan turut menjaganya dari jauh, putraku tidak ingin orang tuanya ikut campur. Aku akan menghargai keputusannya.
"Ya, mama mengerti. Mama senang, kamu dapat berpikir bijaksana. Sangat beruntung gadis yang kamu cintai. Mama hanya bisa berharap, kamu memenangkan hatinya."
"Terima kasih, Ma."