Abimanyu tertawa kecil mendengar jawaban dari Naya. Gadis ini memang tidak pernah berubah. Ia tidak takut dengan ancaman.
"Kenapa malah tertawa? Ada yang lucu?" tanya Naya yang masih sibuk mengobati luka Abimanyu.
"Tidak." kata Abimanyu tanpa emosi.
Naya menyelesaikan kegiatannya. Abimanyu kembali menikmati keberuntungannya, menatap Naya dari dekat. Kesempatan yang jarang sekali terjadi. Semenjak tuan Luwin meninggal, sikap Naya terhadap Abimanyu berubah drastis. Pandangan Naya kepada Abimanyu juga seperti melihat seorang musuh besar. Abimanyu menjadi sulit untuk mendekatinya. Salah paham Naya terhadap Abimanyu begitu besar, tapi Abimanyu enggan untuk menjelskan. Ia membiarkan Naya bersikap sesuai keinginanya. Membiarkan Naya membencinya lebih baik daripada Naya tau jika Abi temanan SMA-nya adalah Abimanyu. Naya akan lebih sakit hati mengetahui orang yang sangat ia sukai adalah orang yang menyebabkan kematian Papanya.