Adi mengambil ponselnya. Dia nampak tidak sabar. Ekspresi di wajahnya menunjukkan kemarahan.
"Hafa, aku ingin kau melakukan sesuatu untukku." Kata Abi.
"Baik, apa yang harus aku lakukan."
"Aku ingin kamu menyelidiki tentang kejadian yang terjadi di studio tadi pagi."
"Aku mengerti. Aku akan segera menyuruh orang untuk menyelidiki masalah ini."
"Ok, segera beri tahu aku begitu kau sudah mendapatkan hasil."
"Baik."
Abi menyandarkan tubuhnya di sofa dengan kasar. Dia nampak merintih kesakitan. Abi lupa jika lengan bagian atas miliknya sedang terluka. Meski ia harus menanggung rasa sakit tapi ia cukup puas karena mampu melindungi Naya.
Sementara itu Naya baru saja sampai di asrama. Ternyata semua peserta kompetisi sudah kembali ke asrama. Kak Ana sedang mengumpulkan mereka di ruang tengah. Sepertinya kak Ana akan menginformasikan sesuatu. Naya segera bergabung dengan peserta yang lain untuk mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh Ana selaku kepala asrama sekaligus penanggung jawab seluruh peserta kompetisi.
"Kalian semua pasti sudah bisa menebak apa yang akan saya sampaikan, ini tentang kejadian tidak menyenangkan sewaktu di studio tadi. Aku ingin bertanya kepada kalian semua Apakah ada di antara kalian yang mengetahui kronologi kejadiannya dari awal? Atau ada yang mau mengklarifikasi? Saya akan memberi kesempatan bagi siapa saja yang mengetahui atau ingin mengakui kesalahannya." Kak Ana berkata dengan tegas.
"Apa maksud dari ucapan Kak Ana. Apakah itu artinya jika kamu mencurigai salah satu diantara kami? Maaf jika saya terkesan tidak sopan tapi saya hanya tidak suka di tuduh tanpa ada bukti" ucap Fisa yang ingin terlihat seperti seorang pahlawan bagi teman-temannya.
"Saya tidak menuduh, saya hanya memberi kesempatan bagi siapa saja yang mau mengakui kesalahannya. Saya tidak menyebutkan kamu atau dia ataupun satu nama yang melakukan sabotase. Saya hanya memberi kesempatan untuk bicara. Bukankah kejujuran adalah hal yang paling dijunjung tinggi oleh perusahaan Mahardika Group? Kejujuran merupakan prinsip kerja kami. Dalam perusahaan kami hal seperti ini selalu dilakukan sebelum pihak perusahaan menyerahkan kasus tersebut kepada penyelidik." Kaka Ana menjelaskan dengan sabar.
"Bukan saya tidak menghormati peraturan yang ada di Mahardika Group. Saya hanya merasa apa yang Anda katakan tadi bisa menyinggung perasaan kami yang tidak bersalah dalam kejadian di studio tadi."
"Baiklah, saya minta maaf. Jika kata-kata saya dapat menyinggung perasaan kalian, saya tidak mempunyai maksud tertentu. Saya hanya coba menjalankan tugas dan peraturan yang biasa dilakukan oleh perusahaan Mahardika Group. Jadi bagaimana? Apa ada yang mau mengaku?"
Kak Ana diam untuk memberi kesempatan kepada mereka. Cukup lama kak Ana menunggu dan tidak ada yang mau menjelaskan. Maka dia menyampaikan keputusan.
"Baiklah karena tidak ada yang mau memberikan penjelasan atau mau menawarkan diri sebagai saksi. Tidak ada yang mengaku, berarti kalian semua membenarkan diri jika kalian bukan tersangka. Baiklah, kasus ini resmi akan saya alihkan kepada pihak yang lebih berwenang. Setelah ini akan ada tim penyelidik yang mungkin akan meminta informasi dari kalian. Kalian bisa menjawabnya sesuai dengan apa yang kalian ketahui."
"Maaf jika kalian merasa tidak nyaman tapi ini adalah permintaan langsung dari pimpinan Mahardika Fashion, maka dengan ini saya mengatakan bahwa proses kompetisi akan dihentikan untuk sementara sampai ditemukannya tersangka dalam peristiwa tadi. Kalian bisa kembali ke kamar kalian masing-masing."
Bagus, dengan begini aku bisa memanfaatkan keadaan. Aku pastikan Naya yang menjadi tersangka. Lebih bagus jika dia di benci oleh semua orang. Hal ini akan lebih menyakutkan dari sekedar luka di tubuh. Kamu bisa saja selamat dari bahaya, tapi tidak akan pernah bisa selamat jika berhadapan denganku. Naya, tunggu saja sampai kau diusir dari kompetisi ini. Fisa tersenyum licik. Sorit matanya begitu menyebalkan.
"Apa? Ini tidak adil."
"Iya, bagaimana bisa jadi seperti ini?"
"Ah, siapa saja mengakulah. Jangan mempersulit orang lain."
"Benar, ngaku saja sebelum diperlakukan secara tidak hormat."
"Wah, apa maksdumu berkata seperti itu?"
"Dia pasti pelakunya, jadi dia menuduh orang lain untuk menutupi kesalahannya sendiri."
"Iya benar, jangan-jangan dia sendiri pelakunya," aanggah yang lain.
Suasana menjadi sedikit tidak terkendali di ruangan tersebut. Mereka saling tuduh satu sama lain. Keadaan menjadi tidak nyaman. Fisa justru menambah panas keadaandengan kata-kata profokasinya.
Naya hanya Diam, dia menyimak setiap perkataan orang yang ada di ruangan tersebut. Dalam keadaan ini Naya adalah korban. Namun, Naya sendiri mengartikan kejadian tadi siang sebagai keadaan yang tidak terduga. Ia merasa tidak ada yang aneh. Mungkin ini semua murni sebuah kecelakaan jadi tidak ada yang perlu di salahkan.
Naya kemudian mengangkat tangannya, ia ingin menyuarakan pendapatnya. Kak Ana lalu memberi kesempatan bagi Naya mengungkapkan pendapatnya.
"Ya, Naya. Silakan," katanya.
"Kak Ana, saya hanya mau menyampaikan sesuatu. Menurut saya peristiwa tadi hanya sebuah kecelakaan, jadi tidak perlu mencari tau siapa yang harus bertanggung jawab."
"Terima kasih, Naya. Tapi ini bukan hanya tentang siapa yang harus bertanggung jawab, lebih kepada mendisiplinkan keadaan agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi. Kalau benar ini hanya sebuah kecelakaan kami hanya perlu memperbaiki sistem keamanan tapi jika ini mengenai sebuah kecurangan untuk mencelakakan seseorang atau sebuah rencana dengan tujuan yang tidak baik maka harus segera ditindaklanjuti agar di kemudian hari kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Pelaku kejahatan harus bertanggung jawab atas perbuatannya ini."
"Bagi kami sebuah kerjasama tidak akan berjalan lancar dan memberikan manfaat yang baik jika tidak dilandasi dengan kejujuran untuk mendapatkan sebuah kepercayaan. Kalian semua pasti tahu jika sebuah kepercayaan tidak ternilai harganya."
"Maaf semuanya, tapi ini sudah menjadi keputusan pimpinan. Saya harap kita semua dapat menghormati keputusan beliau."
"Baik, kak Ana."
Setelah penjelasan Ana tersebut, tidak ada lagi yang berani membantahnya. Ana kemudian membubarkan mereka. Para peserta diizinkan untuk beristirahat dan menunggu pengumuman selanjutanya.
"Kak Ana," panggil Naya karena ingin bicara dengan Kak Ana setelah teman-temannya pergi.
"Ya, ada apa Naya?"
"Boleh bicara sebentar?"
"Tentang apa? Bicaralah."
"Ka Ana, apa besok saya boleh izin untuk keluar? Kakak tahukan jika tadi Adi terluka karena melindungi saya? Jadi besok saya mau melihat keadaan Adi. Saya merasa bersalah atas peristiwa ini."
"Ah, tentang itu? Hemm, bagaimana ya? Aku takut peserta yang lain akan iri jika tau kamu diperbolehkan keluar. Begini saja, besok sopir Asrama akan mengantarmu. Jika ada yang bertanya kemana kamu akan pergi. Bilang saja untuk periksa kesehatan. Untuk memastikan apa ada luka dalam tubuh kamu karena peristiwa tadi."
"Baik, kak. Terima kasih kak Ana." Naya senang karena telah mengantongi izin.
"Sama-sama."
Keesokan harinya, Abi sudah menerima telepon dari Hafa. "[Orang suruhanku sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan.]" kata Hafa.
Siapa pelakunya? Apakah Fisa? Lalu apa yang akan dilakukan oleh Abi agar si pelaku menjadi jera?