Keesokan harinya.
Saat memasuki pasar melihat tempat pedagang yang kemarin dia fitnah kini kosong tiada satupun para pembeli sudi datang untuk membeli. Lantas melihat abdul yang datang kembali ke pasar, tentu si pedagang marah kepadanya.
"lihatlah semua ini gara-gara perbuatanmu. Tidak satupun mereka yang mau datang untuk membeli, karna fitnahmu tak satupun dagangan saya laku." Respon Abdul yang menanggapi benar-benar tidak baik, seolah-olah dia tidak menghiraukan si pedagang yang berbicara kepadanya.
Dengan santai dia menjawab tuduhan si pedagang. "bagaimana bisa kamu menuduhku paman yang melakukan itu, sedangkan kamu sendiri melihatku sedang melihat-lihat tanpa melakukan apapun?." Pengakuan abdul lantas membuat si pedagang terdiam, karena benarlah yang terucap darinya bahwa kemarin hanya dia saja yang melihat jikalau abdul hanya memilih-milih.
Hati senang seperti tak berbuat salah abdul pergi berlalu dari padangan si pedagang.
Berjalan melihat kiri dan kanan penjual buku namun tak satupun membuat dia tertarik. Dilihatnya dari hujung pasar terdapat pedagang terakhir penjual buku, melihat tempat yang bagus lantas membuat dia tertarik untuk datang melihat-lihat.
Setiba disana dia melihat satu buku yang bagus. "tuan bolehkah saya melihat buku ini?." Si pedagang memperbolehkan dia untuk melihat isi buku tersebut, di buka dan dibaca dari setiap lembarannya membuat abdul tertarik untuk mendapatkannya, "sangat bagus, semua isinya sangat aku sukai, berapakah anda ingin menjual buku ini?."
Tak mengira si pedagang mengatakan bahwa buku itu gratis dan memanglah khusus untuknya. Lantas abdul di buat bingung mengapa si pedagang mau memberikan secara percuma kepadanya, walau merasa bimbang namun abdul tetap mengambil buku itu dan hendak pergi dari tempatnya, saat hendak ingin kembali bertanya kepada si pedagang, secara tiba-tiba hilang tak satupun terlihat jejaknya.
"Kemana pergi si pedagang tadi, dia tiba-tiba menghilang?." Ucapnya sambil melihat kiri dan kanan. "yah sudahlah kemanapun dia bukanlah urusanku." Pergi membawa buku pemberian, berjalan hingga sampai di bawah pohon ia duduk sambil membaca setiap isi buku itu.
Salah seorang teman dekat semasa kecilnya tak sengaja melihat abdul yang sedang duduk membaca buku. "Salam abdul ternyata kamu berada di sini." Hafsan melirik buku yang berada di tangan abdul. "ketika di pasar aku melihatmu sedang berbicara kepada pohon yang berada di hujung pasar, apakah kamu baik-baik saja?." Tanya hafsan yang merasa curiga dengan kewarasan abdul. Tentu pertanyaan hafsan membuat abdul marah, karena merasa dirinya dianggap tidaklah waras. "hay hafsan, apakah kamu mengatakan aku gila? Sedangkan kau tahu di hujung pasar ada seorang pedagang yang memberikan buku ini secara gratis."
Tak mau di anggap berbohong hafsan menjelaskan agar abdul mengerti. "Tidak abdul, bukan hanya aku tetapi semua orang yang berada di sana melihatmu berbicara dengan pohon, kau tidaklah sadar akan itu." Tegas hafsan. Walau hafsan telah menjelaskan dengan baik, namun tidak membuat respon yang baik pula dari abdul, abdul marah dan pergi begitu saja tanpa menoleh lagi kepadanya.
Di suatu malam di dalam masjid hafsan bersama orang-orang terdekat almarhum Yakub berkumpul.
"Paman semakin hari aku melihat keponakan almarhum paman Yakub aneh." Ungkap hafsan kepada usman.
Tanya Usman. "aneh bagaimanakah yang kamu maksud hafsan?."
Hafsan menjelaskan semua yang telah dia lihat ketika berada di pasar.
"Selain dari hafsan apakah masih ada yang lain melihatnya bertingkah aneh?." Tanya Usman kepada yang lainnya. Amir yang juga melihat abdul bertingkah aneh mengangkat tangan, "saya juga melihatnya tadi pagi berbicara dengan seekor burung, seolah-olah dia berbicara dan marah kepada manusia." Adanya dua bukti dari hafsan dan amir sudah menguatkannya untuk menegur abdul.
berkata usman. "sebelum yakub tiada dia telah meminta kepadaku untuk selalu mengawasi abdul, tetapi karna kesibukanku, aku sampai lupa yang telah di amanahkan kepadaku." Merasa lalai diri lantas usman merasa bersalah. "Besok akan aku temui dia untuk menanyakan kabarnya."