Chereads / ABDUL / Chapter 5 - KE ANEHAN YANG MENAKUTKAN SEMAKIN TERJADI

Chapter 5 - KE ANEHAN YANG MENAKUTKAN SEMAKIN TERJADI

Masuk waktu shubu.

"Bukankah itu abdul." Ucap usman yang melihat abdul keluar dari masjid. Lantas usman menegurnya. "tunggu nak." Abdul langsung menoleh ketika mendengar usman yang memanggilnya. "paman usman, kenapa dia memanggilku?."

"baguslah, kamu mau datang kemari mendekatkan diri kepadanya." Usman yang merasa senang melihat kehadiran abdul di dalam masjid tentu merasa bersyukur abdul kembali datang lagi. Namun abdul mengatakan bahwa dia datang bukanlah untuk mendekatkan diri melainkan hanya untuk menghilangkan beban fikiran.

"Abdul tunggu du....." Usman di tinggal pergi begitu saja oleh Abdul. "Besok pagi aku akan temuinya lagi."

Di pagi hari usman mencoba mendatanginya lagi. Namun baru ingin memasuki gubuk abdul, dari luar sudah terlihat abdul yang berbicara sendiri hingga memukul tanpa adanya lawan.

"Salam nak." Usman yang memberikan salam kepada abdul. Abdul lantas melirik, dia mendatangi usman dengan cepat, terduduk di bawah kaki usman dia menangis seakan tak kuasa menahan semua cobaan yang di alaminya. Bagaikan anak yang mengadu kepada sang ayah begitulah abdul yang mengadu kepada usman satu-satunya paman yang masih ada baginya. "Tolong lah aku paman, tolong, kemanapun aku pergi semuanya selalu menghantuiku seakan-akan aku ini seperti orang yang tidak waras. " Sudah merasa lelah dia meminta pertolongan kepada usman. "aku ingin mengatakan kepada paman tetapi aku selalu ragu untuk memberitahukannya, tolong aku paman musnahkan mereka."

Berkata usman sambil membawanya berdiri. "berdirilah nak. Kamu harus tau semua perbuatan pasti ada balasannya, mungkin semua yang terjadi padamu ini karna perbuatan burukmu sendiri." Abdul langsung marah kepada usman. "karna perbuatan buruk ku, aku atau dunia ini yang buruk paman, semua diambil seketika mulai dari ayah, ibu, dan pamanku sendiri sehingga tiada lagi yang aku miliki."

Kerasnya hati tak mau mendengarkan nasehat lagi, kekecewaan yang membutakan hati dan pikirannya tentu menghancurkan diri sendiri hingga tak ingin lagi melihat yang benar dan yang salah.

"Semuanya sama saja tidak ada yang mau mengerti baik kau dan mereka." Abdul yang marah hingga menunjuk ke arah langit. "Kau tau untuk apa kau hidup-kan aku, baru kau berikan cobaan yang besar kepadaku di luar kemampuanku."

Suara petir menyambar menakutkan seluruh orang karena hanya satu ucapan. Suara petir besar juga mengejutkan usman beserta perkumpulan para sahabatnya, hati usman tiba-tiba merasa khawatir dengan keadaan abdul. "mengapa tiba-tiba aku merasa khawatir kepada abdul?."

"bukankah kamu tadi sudah mendatanginya?." Tanya yusa.

Jawab Usman. "Benar tetapi dia mengusirku karena marah lantara nasehatku." Bertanya lagi yusa. "Nasehat seperti apakah yang kamu berikan kepadanya?."

Lalu usman menceritakan yang telah terjadi.

Di dalam gubuk abdul bersuara keras menantang kepada bayang-bayang suara tanpa wujud yang terus menghantuinya.

"Keluar kamu tunjukan wujudmu, tidaklah aku takut denganmu." Tiba-tiba di balik pintu belakang gubuknya memancarkan sinar yang menembus celah-celah pintu. "cahaya apa pula itu? Tidak biasanya pintu belakang itu bercahaya."

Saat membuka pintu semuanya berbeda, bagaikan hidup dalam kekosongan itulah bentuk tempat yang dilihat olehnya penuh putus asa. Tiba-tiba tubuhnya terdorong dengan sendirinya masuk ke dalamnya, berusaha kembali membuka pintu namun pintu tidak dapat terbuka. Mau tak mau dia berjalan menelusuri tempat yang kelam itu, terus berjalan melewati beberapa orang yang di lewati terlihat lesu serta tak memiliki kemampuan untuk bangkit. Saat melihat kiri dan kanan tepat di depannya seorang pria tua terduduk menangis meratapi sekumpulan dagangannya yang tidak terjual sama sekali.

Lantas dia meneguri si pria tua, si pria tua mengangkat kepala kepadanya dan ternyata dia adalah si pedagang makanan yang dahulu abdul fitnah. Tubuh yang kurus serta pipi yang kurus pula menatap abdul sambil mengatakan karna dirinya membuat dia kelaparan, menyeret tubuh untuk menggapai kaki abdul, si pedagang terlihat sangat lesu mendekatinya. "Lepaskan tanganmu, lepaskan. Memang akulah yang menaruh ulat kecil itu, lantaran aku sedang kelaparan, dan aku takut kehabisan uang untuk membelinya."

Si lelaki tua hilang secara tiba-tiba saat dia telah mengaku perbuatannya. Namun bukan itu saja masihlah ada lagi perbuatan buruk yang di lakukannya, datangnya seekor ular besar menghampirinya, dengan wujud yang menyeramkan ular besar tersebut dapat berbicara kepadanya dengan bahasa yang fasih. "Kau tau anak manusia, jika aku menelan mu kau tidak akan selamat, namun tuhanmu masih mengasihi mu, akulah bentuk perbuatan burukmu, semakin perbuatan buruk yang kau lakukan maka aku akan semakin besar dan menyeramkan di hadapanmu bahkan bisa menyiksamu." Merasakan ketakutan yang luar biasa, abdul sampai terjatuh dengan posisi sujud takut yang sejadi-jadinya.