"Walau aku hanyalah seekor hewan, namun kau dan aku tidak ada bedanya. Kita di ciptakan dari satu pencipta dia yang maha kuasa lagi kekal selamanya, maka janganlah engkau sombong hingga keluar dari jalurnya. Aku saja bisa di berikan karunia agar bisa berbicara, maka sangat muda bila siksa di perlihatkan padamu sewaktu hidupmu saat ini." Abdul langsung pergi menjauhi si burung yang membuatnya merasa takut dari perkataannya, "apa yang salah dengan diriku, semalam aku bermimpi seperti nyata sekarang aku bisa berbicara dengan seekor burung, apakah aku mulai gila?."
Di kala itu abdul tengah merasa lapar, rasa lapar yang di rasakan olehnya membuatnya harus masuk ke pasar untuk membeli beberapa makanan ringan yang hanya mampu dia beli dengan uang yang sedikit, tetapi karena akal yang cerdik dia mencoba untuk berbuat curang. "dasar bodoh, dari pada aku gunakan uang ku ini untuk membeli makanan, lebih baik aku simpan dan mendapatkannya secara percuma." Saat hendak pura-pura membeli makanan, dari tangan kirinya menaruhkan ulat kecil di salah satu makanan, "tuan lihatlah ini. mengapa bisa ulat kecil ini berada di makanan anda."
Lalu abdul memanggil-manggil semua orang untuk melihat kejadian yang telah dia lakukan sendiri. Orang-orang yang berkerumun melihat dan langsung menyalahi si pedagang dengan kelalaian yang bukanlah perbuatannya. Sibuknya orang-orang menyalahi si pedagang dengan sangat mudah abdul mengambil makanan yang bagus dari sebelumnya dan berlalu pergi dengan mudah.
"Hah, syukur hari ini aku bisa makan mengisi perut yang kosong." Dari belakang seorang anak mengikuti langkahnya berjalan, hingga Abdul berhenti di gubuk kecilnya barulah dia sadar ada anak kecil yang mengikutinya sejak tadi, "siyapa kamu? Berani sekali kamu mengikuti ku hingga kesini."
Si anak kecil menatap dengan pandangan yang kosong lalu tersenyum aneh kepadanya. "kenapa kamu tersenyum? Apakah ada yang lucu dariku." Si anak menjawab perkataan abdul dengan suara yang lembut, "paman maukah berbagi denganku?."
Lantas abdul membagikan potongan makanan yang lebih besar kepada si anak kecil, "ini ambillah, makan yang banyak." Setelah mengambil dari tangan abdul, si anak kecil sempat berkata, "paman sangat baik sekali, tapi berikanlah makanan yang baik lagi paman." Si anak kecil langsung menghilang entah kemana ketika ada debu yang terbang mengenai mata Abdul, "dari mana datang debu itu. Kemana pula anak kecil tadi, dan apa maksudnya tadi?."
Sebagian kecil makanan yang telah di bagikan di lahap dengan nikmat olehnya, namun sambil memakan dia juga sambil memikirkan ucapan si anak kecil tadi, "makanan yang baik pula? Apa maksud anak kecil itu. Anak itu juga tersenyum aneh dan tatapannya kosong." Tidak ingin berlarut-larut memikirkan ucapan dari si anak kecil tadi, Abdul segera menghabiskan makanan miliknya.
Abdul sendiri adalah orang yang suka membaca dan menulis setiap peristiwa yang terjadi, termasuk kejadian yang dia alami sendiri. Yang telah terjadi di waktu malam hingga dini hari semua di rangkum dalam buku catatannya. Selain kesukaannya dalam membaca serta menulis dia juga seorang yang ahli dalam berbagai bahasa, berkat ajaran dari sang paman dia mampu menguasai dua puluh lima bahasa.
Membolak-balik satu demi satu buku yang telah banyak dia baca membuat dia menjadi bosan, "sudah banyak buku yang aku baca berulang-ulang kali hingga setiap lembarannya telah aku hafal. Sepertinya aku harus mendapatkan buku yang baru untuk ku jadikan referensi."