Chereads / ABDUL / Chapter 2 - KEPUTUSAN YANG KELAM

Chapter 2 - KEPUTUSAN YANG KELAM

"Maafkanlah aku paman tidak ada gunanya aku berbuat baik kepada dunia ini dengan mengandalkan pengetahuan yang aku dalami selama ini." Di makam sang paman sambil memegang batu nisan dia mengatakan juga janji di makam sang paman,  "lebih baik pula aku gunakan pengetahuan ini agar bermanfaat bagi diriku sendiri. Aku sudah putuskan tidak akan berjalan sesuai yang di perintahkan oleh paman lagi." Kini baginya kebaikan yang dilakukan tidak menjanjikan kebahagiaan untuknya, tetapi sebaliknya hidup yang menyimpang menjadikan dia jauh lebih baik.

Tinggal hanya seorang diri di dalam gubuk kecil sebagai tempat tidur dan istirahat yang di tinggalkan oleh sang paman baginya saat ini, membuat dia sering terbayang akan tempat tinggalnya yang dahulu menjadi tempat terindah semasa kedua orang tuanya masih ada.

"andaikan aku tidak ikut tinggal disini dan tetap tinggal di rumahku yang dulu. Mungkin aku jauh lebih baik di sana dari pada disini, semua yang aku lakukan pasti mendapatkan nasehat dari orang-orang terdekat paman." Abdul yang berbaring sambil menatap Langit-langit gubuknya.

Tak lama kemudian dia tertidur pulas.

Di alam bawah sadar bagaikan kejadian yang nyata namun dalam mata terpejam tubuh kaku  bagai benda tak bernyawa. terbungkus kain kafan berbaring seperti jasad yang sudah menghuni alam barzah, matanya terbuka namun mulut tertutup berat membuka dalam berucap seperti terkunci agar tak dapat bersuara, melihat sekeliling  gelap gulita tiada penerang satupun di sekitaran tempat berbaring, perasaan gugup serta bertanya-bertanya di manakah dia berada membuat jantung berdetak kencang.

Terdengar getaran kaki yang besar seperti datang mendekat menghampiri dirinya, Hanya berbicara melalui hati dilihatnya sosok besar yang sudah berada di depan mata.

"abdul bin hussein perbuatan apa yang telah kamu lakukan di masa hidupmu?." Tanya si sosok hitam besar kepadanya, "apa yang membuatmu berada di sini sebelum waktumu telah tiba?."

Abdul hanya mampu melihat namun tidak dapat menjawab pertanyaan dari sosok tersebut.

"Mengapa kamu tidak menjadikan ilmu yang telah kamu pelajari untuk berbuat baik?."

Masihlah tidak bisa menjawab, di keluarkan oleh sosok tersebut cambuk yang amat besar, di hempaskannya cambuk ke tubuh abdul hingga membuatnya terbangun. Terperanjat dia dari tidurnya langsung terduduk terdiam melihat sekelilingnya, membuat baju yang di kenakan basah di lumuri oleh keringatnya.

"apa yang aku mimpi?  Mengapa seperti nyata, terlihat sangat nyata." Tidak mau terpengaruh oleh mimpi buruk yang di alaminya, dia mencoba menenangkan pikirannya, "tidak, tidak. Mimpi hanyalah bunga tidur, mimpi tidak akan pernah menjadi kenyataan, yah tentu saja, pastinya."

Abdul kembali berbaring untuk tidur.

Pagi yang cerah menyambut bangunnya, kicauan burung yang syahdu mendamaikan suasana di gubuk kecilnya, dari jendela terlihat wajah yang baik tak sedikitpun menampakkan kemunafikan dari hati yang ingin berbuat keburukan. Memejamkan kedua mata sambil menikmati udara segar di pagi hari, tiba-tiba salah satu burung kecil yang hinggap di pohon dekat gubuk dengan sendirinya dapat berbicara kepadanya. "sangat nikmat bukan karunia yang di berikan kepadamu, lantas apa yang menjadi tujuan mu untuk berbuat buruk?." Tentunya seekor burung yang  menegur secara tiba-tiba mengejutkannya, lantas di jawab oleh Abdul ucapan dari burung kecil itu, "kau hanyalah seekor hewan, tidak perlu kau mengetahui urusan manusia seperti ku."