Ayla Wasongko, itu adalah nama yang diberikan paman untukku. Semenjak aku berusia 5tahun aku sudah tinggal dengan pamanku, saudara dari ayah kandungku. Kalian tau kenapa ?? karena ibu ataupun ayahku tak pernah menginginkanku. Setelah hakim menyatakan perceraian mereka tak ada satupun yang mau merawatku padahal aku anak kandungnya.
Albert selaku pamanku merasa iba dengan nasibku yang tak diinginkan, sampai akhirnya ia membawaku pulang kerumahnya dan merawatku seperti anaknya sendiri. Aku menjalani hari-hariku layaknya anak pada usianya, walapun tak ada ayah dan ibu aku masih mendapat kasih sayang penuh dari pamanku. Beliau tak pernah menganggapku sebagai keponakannya tapi sebagai anaknya yang harus dia sayang setulus hati.
Namun saat usiaku 17 tahun tepatnya saat aku kelas 3 SMA, paman meninggalkanku dan pergi ke surga. Aku sangat terpukul dengan kepergiannya, namun aku juga harus melanjutkan hidupku sesuai permintaannya. Suatu malam saat aku membersihkan kamar paman Albert, aku menemukan sebuah amplop coklat bertuliskan namaku. Oh iya, paman meninggalkan sebuah rumah untuk ku tinggalin dan sebuah tabungan yang beliau siapkan untuk sekolahku.
Kuambil amplop coklat itu dan perlahan kubuka isinya. Mataku bahkan tak bisa lagi membendung air mata ini saat kubaca surat yang ditulis oleh paman Albert sendiri.
"Pamannn .. kenapa paman meninggalkan Ayla sendiri, kenapa paman malah memberikan alamat ayah dan ibu .. hikss, hiksss .. hikss " tangis Ayla pecah dengan mendekap erat surat dari pamannya.
Lama ia menangis akhirnya ia tertidur dikamar pamannya itu, meringkuk sambil tetap memeluk suratnya.
Namun ternyata kisahku dimulai saat kepergian paman Albert , saat aku memilih mencari ibu kandungku sesuai dengan alamat yang paman tinggalkan.
Hatiku hancur saat aku sampai dirumahnya. Betapa tidak, disana aku melihatnya sedang bersama seorang anak gadis berusia 6 tahun kira-kira. Ibuku terlihat sangat menyayangi anak itu, bahkan mungkin sangat sangat menyayanginya. Yah, walaupun kami berpisah sangat lama namun aku tak pernah melupakan rupa kedua orang tuaku karena paman selalu menunjukkan foto mereka.
Disana aku juga melihat ada seorang laki-laki, atau mungkin itu suami baru ibukku. Tapi wajahnya sangatlah dingin, benar-benar menakutkan. Aku tak berani berjalan mendekati mereka, rasanya kakiku benar-benar berat untuk selangkah saja.
"Apa kalau aku disana akan menghancurkan kebahagiaan ibu ??" tanya lirih Ayla pada dirinya.
"Apa ibu juga akan memelukku seperti ibu memeluknya ?? " Ayla mulai terisak dengan pelan saat ibunya memberikan pelukan serta ciuman untuk anaknya.
Akhirnya kuputuskan untuk berpaling dari pemandangan yang menyakitkan itu, dan pergi menjauhinya. Namun sebelum aku benar-benar pergi, aku merasa ada mata yang mengawasiku. Perlahan kubalik lagi tubuhku kearah ibuku. Namun mataku melotot saat aku tanpa sengaja bertatap mata dengan laki-laki dingin itu.
"Apa dia sedang menatapku ?? apa dia mengenalku ??" batin Ayla tetap terus bertatap mata dengan laki-laki itu.
Walau jarak mereka cukup jauh, namun Ayla dapat melihat saat laki-laki itu memiringkan sedikit kepalanya seolah bertanya "Siapa kamu ??" .
Namun karena sifat pengecutku aku lebih memilih berlari menjauh dari pada menghadapi laki-laki itu yang terlihat berdiri dari duduknya.
"Mungkinkah dia ingin menghampiriku ??" batin Ayla dengan terus berlari menjuah.