Sampai dirumah sakit,perawat langsung membawa diego ke IGD untuk diperiksa. Dokter yang memeriksa diego keluar dan nara menghampirinya dengan seribu rasa kekhawatiran.
"Bagaimana kondisinya dok?"
"Apa kau keluarganya?"
"Bukan,saya rekan kerjanya"
"Maaf,saya tidak bisa memberitahu kondisi pasien pada anda karna anda hanya rekan kerja biasa dan bukan siapa siapa pasien" dokter itu berjalan menjauhi Nara. Untuk beberapa saat nara diam dan di detik berikutnya nara mengejar dokter tadi.
"Dokter,aku rekan kerjanya sekaligus p-a-c-a-r nya" ucap nara dengan terbata bata.
"Baiklah,ikut saya ke ruangan.
Nara dan dokter berjalan menuju ruangan dokter tersebut. Di ruangan,dokter menjelaskan tentang keadaan diego saat ini.
"Pasien mengalami banyak sekali kehilangan darah dan sekarang dia memerlukan dua kantong darah" jelas dokter.
"O+,golongan yang sangat langka di kota ini"
"Golongan darahku B. Bagaimana kalau diego dibawa ke rumah sakit pusat?"
"Tidak bisa,kondisi pasien sangat lemah dan tidak memungkinkan untuk berpergian jauh"
Nara menghirup nafas berat dan memijat mijat keningnya. Tiba tiba terdengar suara ketukan pintu dan masuklah dua pria muda. Seorang pria dengan kumis yakni adalah brian dan seorang lagi pria muda yang berusia sekitar 20 tahun yang tak lain adalah adik Rich,Dominic Collingwood. Brian memakai kumis agar nara tidak mengenalinya.
"Dokter,kami adalah keluarga pasien. Saya kakak pasien dan in-"belum selesai brian mengenalkan diri ucapan nya sudah dipotong oleh Dom.
"Bagaimana keadaan kakak saya,dok?" Tanya dom dengan nada panik.
"Dia kritis!"
"Bagaimana bisa?" Dom terkejut dan menakup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Tenang dulu dom" brian mencoba menenangkan.
"Bagaimana bisa aku tenang? Kakakku kritis dan kamu menyuruhku tenang?" Protes Dom.
"Satu peluru gak akan bisa meregut nyawanya. Percaya padaku" bisik brian menenangkan Dom.
"Dia kekurangan darah,karna itulah dia kritis" sambung dokter.
"Golongan darahnya O+" tambah Nara.
"Kalau begitu ambil darah saya,dok. Golongan darah kami sama" brian menawarkan diri sebagai pendonor.
"Tunggu dulu brian,dia siapa?" Dom menunjuk kearah Nara.
Brian hanya melirik cuek kearah Nara dan kembali menatap dokter. "Dia mengatakan bahwa dia rekan kerja dan sekaligus kekasih pasien". Dokter yang menjawab pertanyaan dom.
"Aku gak peduli dia siapa,sekarang yang jelas kakakku harus selamat"
"Pasien membutuhkan dua kantong darah" jelas dokter.
"Kalau gitu ambil darah saya,dok" Dom mengajukan diri dengan sukarela.
"Gak dom,kamu masih sangat muda" cegah brian.
"Aku gak peduli,yang terpenting dia selamat udah itu aja" dom menatap dengan tatapan tajam seolah ingin berkata aku-gak-mau-dibantah.
Mau tak mau brian akhirnya menyetujui rencana dom untuk mendonorkan darahnya. Setelah proses pendonoran darah selesai,Nara,Dom, dan Brian menunggu diruang tunggu.
"Sejak kapan kalian berpacaran" dom membuka topik pembicaraan dengan Nara.
"Kami sebenarnya hany-"
"Dom,daddy menelpon" brian mengalihkan topik pembicaraan.
"Aku gak mau bicara dengan daddy dulu brian. Pasti dia menyuruhku untuk kembali ke barcelona untuk mengurus pekerjaan"
Brian tidak bisa berkata apapun. Dia hanya terdiam mendengar perkataan dom yang keras kepala. 3o menit kemudian dokter yang menangani diego keluar dan menghampiri mereka.
"Saya membawa kabar baik"
"Ada apa dok?" Tanya nara
"Pasien sudah sadar,sekarang kalian bisa menemuinya"
Tanpa pikir panjang dom langsung masuk dan menemui rich/diego.
"Hai dom! Gimana kabarmu?" Rich/diego menyapa dengan suara yang masih lemah dan tersenyum.
"Kamu masih menanyakan kabarku?lihatlah kondisimu sekarang hanya karna pekerjaan bodohmu itu" gerutu Dom.
"Tenanglah Dom! Aku baik baik aja"
"Hanya karna kiriman bodoh itu kamu mau mengorbankan hidupmu?"
Diego/rich hanya terdiam mendengar perkataan dom tadi. Nara dan Brian ikut bergabung menemui diego/rich. "Maaf kalau aku katakan rahasia misi kita pada adikku" ucap diego pada nara.
"Gak masalah" Nara tersenyum.
"Apa kamu masih marah padaku,Dom?"
"Aku gak akan marah lagi jika kamu mau melakukan ini untukku"
"Apa?" Rich penasaran dan menaikan sebelah alisnya.
"Kamu hanya boleh bekerja setelah lengan ataupun bahumu udah sembuh,ngerti?"
"Siap Boss!" Rich/diego memberikan sebuah hormat untuk Dom sambil tersenyum. Dom hanya tersenyum dan berjalan kearah pintu keluar. "Brian,aku akan kembali ke barcelona. Aku titip dia padamu ya!.
"Siap Boss!" Sama seperti diego/rich,brian juga memberikan sebuah hormat pada Dom. Dom keluar dengan senyum dibibirnya.
"Jadi gimana rasanya ditembak?" Goda brian
"Yah lumayan sakit sih tapi aku suka dengan luka ini"
"Dasar aneh,aku ingin keluar mencari angin segar. Jangan macam macam oke,kalau tidak dom pasti akan mengomel lagi" brian melangkah keluar dari ruangan diego/rich.
Hening seketika. Hanya terdengar suara monitor,tak ada yang berkutik. Beberapa kali nara mencoba untuk buka mulut tetapi entah mengapa mulutnya tertutup lagi.
"Sorry" akhirnya nara membuka suaranya.
"For what?"
"Everythink"
"this is not your fault"
"Kalau saja aku gak merencanakan ini semua,mungkin kamu gak akan terluka"
"Santai aja,ini memang resiko menjadi polisi"
"Tapi...."
"Udah lupain aja. Apa kamu udah coba hubungi Sam?"
"Belum"
"Udah berapa jam aku disini?"
"Sekitar delapan jam"
"Delapan jam? Wah dia pasti khawatir padamu. sekarang hubungi Sam"
Nara mengangguk,dia membuka ponselnya dan sudah ada 36 panggilan tak terjawab dari Sam.
"Hallo Sam!"
"Darimana aja kamu? Aku telpon gak dijawab,apa kamu tahu gimana khawatirnya aku sekarang?" Omel Sam dengan nada khawatirnya.
"Maaf,aku tadi kehilangan truk itu"
"Jadi kamu gagal?apa kamu terluka?"
"Gak,aku baik baik aja.tapi...."
"Tapi apa nara?" Sam kembali khawatir.
"Diego terluka,kakinya terkilir" nara menggigit bibirnya karna berbohong.
"Dia memang gak bisa diandalkan" cibir Sam.
"Jangan gitu. Kalau dia terluka parah aku juga yang akan berurusan dengan thomas dan komandan FBI"
"Okay. Kapan kamu kembali ke barcelona? I miss you so much baby"
"Mungkin tiga hari lagi,aku harus memastikan diego sembuh dan gak ada lagi anak buah rich yang ngikutin kami. I miss you too honey"
"Kalau begitu aku tutup dulu. Sampai jumpa sayang"
"Bye Sam" Nara mengakhiri panggilan tersebut.
Nara kembali mengobrol dengan diego.
"Dom itu adikmu?"
"Ya,dia kesayanganku,emang kenapa?"
"Gak ada sih,cuman tadi tuh dia panik abis,takut kamu kenapa napa"
"Oh aku kira kamu ingin mengatakan bahwa dia tampan sepertiku" diego cengengesan.
"Memang sih dia sepertimu,tapi dia lebih tampan darimu" nara menarik hidung mancung diego.
"Yang bener?" Diego meragukan nara.
"Ya,aku suka rambut nya yang hitam,seperti orang asia"
"Rambut aku juga hitam"
"Rambut kamu itu hitam kecoklatan"
"Warna Coklatnya cuma dikit kok,kan banyak hitam nya" diego membela diri.
"Gk rambutmu hitam kecoklatan"
"Iya deh iya. Kamu bisa kembali ke barcelona sekarang,aku baik baik aja sekarang".
"Aku gak akan kembali tanpamu,kamu itu tanggung jawabku"
"So sweet banget. Yang bener gak mau balik tanpa aku? Nati ada yang cemburu loh" goda diego
"Apaan sih kamu!" Nara mencubit kecil pinggang diego.
"Baiklah jika kamu mamaksa. Kita akan kembali ke barcelona bersama" diego tersenyum manis kearah nara.
"Udah istirahat sana. Aku mau keluar" nara bangun dari duduk nya lalu membiarkan diego beristirahat diruangannya.
*** *** ***