Secangkir kopi yang klise, seruput pertama.
"Ah... Selamat Pagi"
• • •
Dentingan sendok di salah satu warung makan di daerah Jalan Raya Tuban pagi ini tidak sevokal hari Senin minggu lalu. Hal serupa terjadi dengan bising suara serak mesin kopi di salah satu kedai kopi di perbatasan Seminyak dan Legian; terpaksa berhenti bernyanyi.
Terjadi lagi!
Dari hati yg berintuisi;
timbul pertanyaan(1) dan konklusi(2) yang sebetulnya tidak dapat dirasa tersinkronasi, namun melebur seakan mencoba saling mengisi.
1.)
(i) Apa salah yang telah diperbuat Januari kepada Juli sehingga banyak orang serentak tidak lagi mengelu-elukan kopi kala Januari kini?
(ii) Mana yang kau rasa lebih patetis?
Januari yang merasa iri terhadap Juli?
Tangan - tangan renta dan peluh keringat milik para petani kopi?
Mesin kopi yang menjadi jarang memuntahkan nada bisingnya sebab tak sempat dimainkan karena keadaan?
Atau aku; yang hampir kehabisan kopi saat ini?
2.)
Bersyukurlah kamu; sang konservatif yang seiring waktu telah sabar menjalani proses hingga puncak metamorfosis. Akhirnya lepas dari jeratan sang naif, lalu kini lebih selektif, sehingga tidak lagi dibutakan perspektif.
Teruntuk kamu yang masih tertidur lelap, bangun!
REVOLUSI tidak lagi lahir dari TELEVISI.
-G- Kuta, 08 Januari 2018