"Kami akan menjelaskannya nanti, lebih baik kalian pergi dari sini!!!"
Tomohisa hanya mengangguk paham dan menarik tangan Iori untuk melarikan diri dari Matsuyama. Kedua orang tersebut menatap sinis pria yang berada di depan mereka.
"Matsuyama Vermilion, kau akan kami hukum atas perintah Kuro-sama."
"Hahaha.... Apa aku tidak salah dengar? Kalian berdua akan menghukumku atas perintah vampire terkutuk semacam Kuro Dionisius?" Matsuyama tertawa dingin "Dewan Tertinggi sudah memberi izin padaku untuk menghabisi setiap nyawa di dunia manusia, Lucia Heathclieff, Aelita Arcana."
Jawaban Matsuyama membuat kedua orang tersebut menggeram kesal, namun mereka berusaha tenang. Pemuda yang bernama Lucia tersebut mengeluarkan kekuatannya yang berupa petir, begitu juga dengan gadis yang bernama Aelita tersebut.
"Kau membuat kami tidak punya pilihan." Aelita melancarkan serangannya dengan cara mengarahkan beberapa panah ilusi ke arah Matsuyama "Blood of Arrow: Strike!!!"
Jleb!!!
Jleb!!!
Seluruh panah ilusi milik Aelita mengenai setiap tubuh Matsuyama. Matsuyama mengeluarkan banyak darah, namun tubuhnya mampu bergerak. Manik merah milik keduanya langsung membulat sempurna melihat kondisi pria tersebut.
"Mu-mustahil dia bisa bergerak, padahal panah-panahku sangat beracun."
"Klan Vermilion memiliki kemampuan penyembuhan yang sangat kuat, Aelita." Lucia menatap serius Matsuyama "Namun, itu tidak akan bertahan lama."
"Maksudmu apa, Lucia-san?"
Bukannya menjawab, Lucia melesat ke arah depan Matsuyama dengan kekuatan petir di tangan kanannya "Rasakan ini, Matsuyama Vermilion!!!"
"A-apa??!!" Matsuyama terkejut melihat kekuatan petir yang sangat besar milik Lucia.
"Lightening of Strike!!!"
Duak!!!
Jduar!!!
"ARGH!!!" Terdengar suara jeritan dari Matsuyama dan diapun berubah menjadi abu.
Lucia dan Aelita menatap abu Matsuyama dan menoleh ke arah belakang untuk memastikan Iori dan Tomohisa selamat dari maut yang menghampiri mereka berdua.
"Hei, semua sudah aman. Sekarang kalian bisa keluar dari tempat kalian berdua."
Tomohisa dan Iori keluar dari tempat persembunyian mereka. Dengan hati-hati, mereka berusaha tidak mendekati Lucia dan Aelita. Manik merah milik Lucia menatap heran tingkah laku mereka yang terlampau aneh tersebut.
"Astaga, apa kalian takut pada kami? Kami bukan orang jahat yang bisa kalian hindari." Lucia memijit keningnya sendiri sedangkan Aelita hanya tersenyum kikuk.
"Ka-kalian kan vampire, jadi kami menghindari kalian berdua." Iori menjawab dengan nada ketakutan.
Hening sejenak....
Jeda lama sekali....
"Lucia-san, mungkin mereka ada benarnya. Mereka takut pada kita karena kita ini vampire."
"Ya, kau benar, Aelita." Lucia berjalan ke arah Iori "Tapi, aku tidak tahan melihat para manusia takut pada kita."
"Lu-Lucia-san, apa yang akan kau lakukan?" Aelita berusaha mencegah Lucia berbuat gila "Kuro-sama melarang kita untuk melukai mereka."
"Aku tahu itu, Aelita!!!"
"Lalu, kau mau melakukan apa, Lucia-san?"
Langkah Lucia terhenti di depan Iori dan tanpa menunggu izin dari Iori, Lucia langsung menyambar mulut Iori. Tomohisa dan Aelita hanya tercengang melihat pemandangan tersebut.
"Eh?"
"Kok jadi begini?"
Wajah Iori langsung memerah melihat pemuda bersurai putih tersebut mencium dirinya. Dengan cepat, dia menutup matanya dan setelah Lucia melepaskan ciumannya, Iori langsung pingsan seketika sedangkan Lucia memilih memalingkan pandangannya.
"Baru kali ini aku melihat vampire mencium manusia tanpa melukainya." Tomohisa menatap bingung bercampur tercengang melihat tingkah laku dari Lucia dan Iori "Apalagi dia sukses membuat Iori-san pingsan."
Aelita hanya tertawa kecil mendengar ucapan Tomohisa "Lucia-san selalu mengikis taringnya jika melakukan kontak bibir dengan manusia yang disukainya."
"Kebiasaan yang aneh sekali.... Emm... "
"Aelita, panggil aku Aelita, Kayahito Tomohisa-san."
"Err.... Baiklah, Aelita-san."
Dengan tenang, Lucia menggendong tubuh Iori alam brydal style "Misi kita sudah selesai, Aelita. Kita harus kembali sebelum fajar karena jika tidak, Kotori-sama kabur dari mansion Kuro-sama."
"Kotori? Maksud kalian Minase Kotori?" Manik hijau milik Tomohisa langsung membulat sempurna "Apa dia baik-baik saja?"
"Ya, Tomohisa-sama. Kotori-sama aman bersama Kuro-sama." Lucia menghela nafas sejenak "Kalian kami selamatkan atas permintaan Kotori-sama."
Aelita langsung menggandeng lengan milik Tomohisa "Untuk sementara, kalian harus diamankan dari sini. Banyak vampire yang mengincar kalian karena kalian adalah teman Kotori-sama."
"Emm.... Baiklah."
Wush!!!
Splash!!!
Dan merekapun menghilang tanpa bekas sama sekali....
****
"Jadi, mereka merencanakan sesuatu untuk mencariku, Kuro-san?"
"Ya, Kotori. Jika mereka berhasil menemukanmu, mereka langsung menghisap darahmu hingga tidak bersisa. Setelah itu, jasadmu dibuang ke klan vampire terkutuk."
"Sa-sadis sekali, Kuro-san. Apa mereka tidak punya perasaan?"
Pria bersurai hitam tersebut mendadak kaku mendengar pertanyaan Kotori yang mengingatkannya pada kejadian yang membuatnya kesal "Ya, Kotori. Mereka telah merenggut semuanya dariku."
"Maksudnya?" Kotori memiringkan kepala bingung mendengar jawaban yang keluar dari mulut Kuro "Apa kau pernah kehilangan, Kuro-san?"
"Ya, ayah dan ibuku tewas dibunuh mereka dan adikku kularikan ke sebuah desa untuk menghindari pembunuhan itu." Kuro memegang dadanya sendiri yang terasa sesak "Maafkan aku, Kotori."
"Buat apa kau minta maaf, Kuro-san? Aku jadi paham bagaimana kehidupan kelammu." Kotori merangkul kepala Kuro ke dadanya "Aku tidak akan lari darimu, Kuro Dionisius-sama. Di sinilah tempatku berada, bersamamu."
Jeda sejenak....
"Seharusnya akulah yang minta maaf padamu, Kuro-san."
"Sudahlah, Kotori. Tidak usah kau pikirkan lagi. Kau sudah aman bersamaku, Minase Kotori." Kuro menutup matanya untuk merasakan pelukan hangat tersebut.
"Ya, Kuro-san."
Tok tok tok....
Suasana hangat tersebut menjadi buyar saat mendengar suara ketukan pintu. Kotori dan Kuro mulai mengubah suasana tenang mereka menjadi suasana serius
"Masuk."
Pintu tersebut terbuka dan menampakkan seorang pemuda bersurai putih dan gadis bersurai ungu. Kuro menatap kedua orang tersebut dengan tatapan tenang.
"My Lord, ternyata Anda benar tentang para vampire milik Dewan." Lucia berlutut di depan Kuro, begitu juga dengan Aelita "Dan salah satunya Matsuyama Vermilion."
Hn, tidak salah jika Verron memintaku untuk membunuh anak bungsunya." Manik merah milik Kuro menatap Lucia yang terlihat ketakutan dari biasanya "Apa Hagane Iori dan Kayahito Tomohisa baik-baik saja?"
"Ya, My Lord. Mereka baik-baik saja, akan tetapi.... "
"Tapi apa, Lucia?" Kuro mulai merasa curiga pada Lucia.
"Ha-ha-hamba tidak sengaja mencium Hagane Iori hingga pingsan."
Hening sejenak....
Jeda lama sekali....
"He??!!" Kotori terkejut mendengar pernyataan Lucia dan beralih pada Kuro yang tidak terlalu kaget tersebut "A-aku Iori-chan.... "
"Tidak, Lucia tidak akan melukai temanmu, Kotori." Kuro menebak apa yang dipikirkan Kotori "Lucia selalu mengikis taringnya saat melakukan kontak bibir dengan manusia."
"Oh, begitu ya." Akhirnya Kotori mengerti juga "Lalu, Tomohisa-kun?"
"Tomohisa-sana baik-baik saja." Akhirnya Aelita membuka suaranya setelah lama bungkam "Kami sudah mengamankan mereka berdua untuk menghindari pertempuran dengan Dewan."
"Syukurlah kalau begitu." Kotori bisa bernafas lega karena kedua sahabatnya selamat "Lalu, apa yang akan kau lakukan, Kuro-san?" Manik biru miliknya beralih pada pria bersurai hitam tersebut.
"Aku akan memerintahkan Ravenku untuk menyelidiki siasat apa yang akan dilakukan oleh Dewan. Untuk sementara ini, kalian aman di sini." Kuro memberi usul pada teman-temannya tersebut "Dan kau, Kotori. Kau dan kedua temanmu tidak usah pergi ke sekolah karena bisa saja vampire kiriman Dewan mengejarmu sampai ke sekolahmu."
Kotori yang mendengar ucapan Kuro hanya mengangguk lesu "Baiklah, Kuro-san." Hanya itulah jawaban yang dilontarkan oleh gadis bersurai biru muda tersebut.
"Kuharap kau tidak kabur dari mansionku, Kotori."
"Ti-tidak kok, Kuro-san!!!"
Lucia dan Aelita hanya tertawa kecil melihat pertengkaran antara Kuro dan Kotori yang menurut mereka sangat sulit dilakukan oleh Tuannya tersebut.
"My Lord telah kembali seperti dulu."
"Kau benar, Lucia-san."
****
"Jadi Matsuyama sudah dikalahkan oleh Lucia Heathclieff dan Aelita Arcana ya?"
"Ya, My Lord. Sepertinya kuburan Kuro Dionisius sudah bergerak untuk menjauhkan Minase Kotori dari kita."
Jeda sejenak....
"Kita tidak bisa diam saja saat Kuro Dionisius mulai bergerak."
Pria bersurai pirang tersebut menatap dingin salah satu prajuritnya. Manik merah miliknya memancarkan aura kekesalan "Prajurit, kumpulkan pasukan dan jika saatnya tiba, kita menyerang kubu Kuro Dionisius."
"Yes, My Lord."
Prajurit tersebut langsung meninggalkan tempatnya berpijak. Manik merah miliknya mulai menyala "Kuro Dionisius, kau bisa saja menyembunyikan Minase Kotori dariku, namun aroma darah batu merah dari tubuh gadis itu masih melekat dan aku akan mendapatkannya darimu hahaha.... " Terdengar suara tawa yang cukup keras namun jahat.
Sementara itu, pria bersurai coklat yang memakai jubah hitam tersebut mendengar setiap ucapan pria bersurai pirang tersebut "Ini gawat sekali. Stefan-sama harus tahu tentang hal ini karena kerusuhan di asrama Tokohana memang perbuatan Stuart Schaeffer."
"Bagaimana ini? Kita bisa tamat jika Dewan dipimpin oleh orang seperti Stuart Schaeffer."
"Aku jadi tidak berani kembali kemari lagi."
Pria tersebut mendengar setiap keluhan dari para pegawai di Dewan dan dadanya mulai terasa sesak "Aku akan mengakhirinya, teman-teman. Kuharap Kuro-sama menyelamatkan kita semua dari Stuart." Dan diapun pergi meninggalkan tempatnya.