Chereads / A Darkness of Blood / Chapter 7 - Chapter 5: Rencana Strategi

Chapter 7 - Chapter 5: Rencana Strategi

Trang!!!

Trang!!!

Serangan demi serangan dilancarkan oleh Kotori saat berlatih. Kuro melihat perkembangan dari gadis bersurai biru muda tersebut. Manik merah milik pria bersurai hitam tersebut tidak pernah lepas pandangan dari Kotori.

"Cukup, Kotori. Kau hebat dalam bertarung dan kuharap serangan itu bisa membantu."

"Umm.... Terima kasih, Kuro-san." Kotori terlihat tersipu malu mendengar pujian tersebut "Kaulah yang mengajariku sampai bisa."

"Ya, kau benar."

Drap drap drap....

Kedua pasang Manik yang berbeda warna tersebut menangkap seorang prajurit yang berlari ke arah mereka berdua. Prajurit tersebut berlutut di depan mereka dengan tatapan cemas.

"My Lord, i-ini gawat."

"Gawat apanya, Prajurit? Apa ada masalah?" Kuro melihat ada yang tidak beres dengan sang prajurit.

"Para vampire yang dikirim oleh Dewan mulai bersiap untuk menyerang kita dan mengambil Kotori-sama dari My Lord sendiri."

"Cih, memang tidak bisa dibiarkan." Manik merah milik Kuro memancarkan aura yang tidak menyenangkan "Prajurit, kerahkan pasukan dan jaga di setiap titik mansion ini. Pastikan pasukan Dewan tidak menyentuh mansion ini."

"Baik, My Lord."

Prajurit tersebut membungkukkan badan dan pergi meninggalkan mereka berdua. Kotori menatap kepergian prajurit tersebut dan menoleh ke arah Kuro dengan Manik birunya "Kuro-san?"

"Aku akan menyegel kekuatan yang ada di tubuhmu, Kotori."

"He?"

Tanpa berkata lebih banyak, Kuro memegang tangan Kotori dan keduanya menghilang tanpa jejak....

****

"Jadi, Anda memanggil saya dan Aelita kemari karena Dewan mulai bergerak, My Lord?"

"Ya, Lucia. Rafael mencoba menculik Kotori, namun berhasil kugagalkan. Aku tidak tahu apa yang mereka rencanakan."

"Hamba rasa Kotori-sama memang harus disegel kekuatannya."

Setelah rapat tersembunyi antara Kuro dengan kedua pengawalnya, yaitu Lucia Heathclieff dan Aelita Arcana, manik merah milik mereka bertiga saling bertatapan.

"Anoo, My Lord, hamba merasakan aura Exel pada tubuh Kayahito Tomohisa. Darah Exel mampu mematikan anggota tubuh pasukan milik Dewan dan menguntungkan kita."

"Tapi, itu sangat sulit, Aelita." Lucia membantah ucapan Aelita "Belum tentu mereka mau menyerahkan darah mereka pada kita."

Hening sejenak....

Jeda lama sekali....

Manik merah milik Kuro menatap Lucia dengan tatapan heran "Apa ada kaitannya dengan kejadiannya dan Iori?"

"Ti-tidak, My Lord." Lucia berusaha menyangkal ucapan Kuro "Ini tidak ada kaitannya dengan itu."

"Pfft.... " Aelita hanya terkikik melihat reaksi Lucia yang mudah ditebak "Ternyata Lucia-san sangat menyukai Iori-sama."

"A-Aelita!!!"

"Hahaha.... Akui saja, Lucia. Aku tidak akan mengatakannya pada siapapun."

"Lalu, bagaimana dengan My Lord sendiri?"

Dalam sekejap mata, Kuro hanya terdiri mendengar ucapan Lucia "Entahlah, Lucia. Aku masih ragu jika Kotori menerimaku apa adanya." Diapun hanya menghela nafas "Setelah kejadian ini, aku akan berbicara dengannya."

"Keputusan yang bijaksana, My Lord."

"Baiklah, kita buat strategi Vampire Hunter untuk membasmi para vampire kiriman Dewan."

"Gagasan yang bagus, My Lord."

Kuro hanya tersenyum melihat kedua pengawal pribadinya menyetujui strategi yang dilontarkannya "Terima kasih, teman-teman."

****

"Cepatlah, Kotori-sama!!! Kuro-sama tidak sabar untuk menunjukkan sesuatu pada Anda."

"He?  Mau menunjukkan apa padaku, Irina-san?"

Irina menarik tangan Kotori menuju ruang pribadi milik Sang Vampire terkuat di klannya, yaitu Kuro Dionisius. Manik biru milik Kotori menatap bingung wanita yang ada dihadapannya tersebut.

Cklek!!!

"Kuro-sama, saya membawa Kotori-sama." Irina terlihat senang saat Kuro mengandalkan dirinya untuk keperluan Kotori.

"Ah, Irina, Kotori, masuklah dan kau tahu kan, Irina?"

"Ba-baik, Kuro-sama."

Irina menutup pintunya dabin manik biru milik Kotori menatap hening apa yang dilakukan oleh pria tersebut.

"Anoo, Kuro-san.... "

"Hn, ya, Kotori?" Kuro menatap Kotori sejenak "Kau pasti bingung kenapa aku menyuruh Irina membawamu kemari kan?"

"Err.... Ya."

Kuro hanya mengangguk paham melihat kebingungan yang terlihat pada seorang Minase Kotori "Lihatlah apa yang ingin kau temui, Minase Kotori."

Cklek!!!

Pintu rahasia yang sengaja ditutupi dari seluruh vampire terbuka lebar. Kuro dan Kotori memasuki ruangan tersebut. Manik biru milik Kotori menatap takjub dengan apa yang dilihatnya.

"Iori-chan, Tomohisa-kun.... "

"Syukurlah kau selamat, Kotori-san. Ternyata Aelita-san tidak salah bicara tentang kondisimu." Pemuda yang bernama Tomohisa tersebut hanya tersenyum melihat Kotori dalam kondisi baik-baik saja.

"Ukh.... Kau selalu meninggalkanku sendirian di saat kami hampir dimakan oleh Matsuyama-san." Gadis yang bernama Iori tersebut hanya memasang wajah cemberut pada Kotori "Apalagi, vampire yang bernama Lucia itu selalu membuatku pingsan."

"Setidaknya kau tidak mati di tanganku, Hagane Iori." Lucia berusaha membela diri "Lagipula, aku selalu mengikis taringku jika melakukan kontak bibir denganmu."

Kotori hanya tertawa melihat perdebatan singkat antara Lucia dan Iori "Lucia-san, kalau bisa setiap hari kau membuat Iori-chan pingsan."

"Apa?"

"Baik, My Lady."

Kuro hanya tersenyum melihat nostalgia tersebut "Ya, kuakui Lucia memiliki wajah yang rupawan, tapi ada yang harus kita lakukan."

"Ah, kami lupa." Lucia menepuk keningnya sendiri "Kita harus memburu para vampire milik Dewan."

Hening sejenak....

Jeda lama sekali....

"Anoo.... Ucapanmu membuat mereka bingung, Lucia-san." Kotori melirik Iori dan Tomohisa yang kebingungan tersebut "Bisakah kau jabarkan lebih detail?"

"Kotori-sana benar, Lucia-san." Aelita menyetujui ucapan Kotori "Kalau Kotori-sama mungkin kita maklumi karena beliaulah incaran Dewan, tapi Iori-sama dan Tomohisa-sama.... "

"Oh, ya, kalian benar."

Kuro menatap mereka semua dengan tatapan serius "Sekarang ini Dewan Tertinggi Dunia Vampire telah membantai seluruh asrama Tokohana melalui Matsuyama Vermilion dan menyisakan kalian bertiga. Oleh karena itu, aku dan seluruh klan Vampire meminta bantuan kalian agar dunia kami dan dunia kalian aman karena kalau tidak.... "

"Kalau tidak apa?" Iori semakin tidak paham dengan ucapan Kuro.

"Kita akan musnah." Kotori memotong pembicaraan sebelum Kuro melanjutkan penjelasannya.

"Ko-Kotori.... "

Raut wajah Iori dan Tomohisa langsung memucat mendengar kata terakhir yang keluar dari mulut Kotori. Lucia menepuk bahu Iori yang menegang tersebut dengan tenang namun penuh kekhawatiran.

"Sudahlah, Iori-sama. Semua akan baik-baik saja."

"Baik-baik saja apanya, Lucia-san? Kami semua dalam bahaya dan kau masih bilang begitu." Iori mulai meneteskan air mata "Apa kau tidak paham situasinya, Lucia Heathclieff?"

Saat Lucia mulai menumpahkan amarahnya pada Iori, Kuro memegang bahu pemuda bersurai putih tersebut "Sudahlah, Lucia. Yang penting kita sudah mengatakannya."

"My Lord.... "

"Aku, Kayahito Tomohisa bersedia membantumu, My Lord Kuro Dionisius."

Semua pandangan kecuali Aelita beralih pada Tomohisa. Gadis bersurai ungu tersebut hanya diam tanpa sepatah katapun. Manik hijau milik Tomohisa menatap mantap untuk membantu mereka.

"To-Tomohisa-kun, itu beresiko sekali dan nyawa taruhannya."

"Aku tahu, Iori-san." Tomohisa memegang bahu Iori "Tapi, apa kau mau Kotori-san tewas di depan mata kita dan kita hanya diam saja?" Lalu, manik hijau milik pemuda bersurai kuning tersebut melirik ke arah Kuro, Lucia dabin Aelita "Jika mereka bertiga tidak menolong kita waktu itu, mungkin kita berdua dan Kotori-san sudah mati."

Gadis bersurai coklat tersebut menundukkan kepala sambil melirik Lucia yang telah menyelamatkan dirinya meskipun menyebalkan "Baiklah, aku bersedia membantu kalian."

"Keputusan yang bijaksana, Iori-sama." Aelita akhirnya tersenyum mendengar keputusan Iori untuk bekerja sama.

"Dan Lucia-kun, bisakah kita bicara 4 mata di mansionmu nanti?"

"Dengan senang hati, Iori-sama." Lucia membungkukkan badannya penuh hormat pada Iori.

"Baiklah, tinggal bagaimana strategi kita nantinya."

"Ya."

****

Mansion Keluarga Heathclieff....

Cklek!!!

Blam!!!

Lucia dan Iori memasuki mansion dan terlihat suasana mansion yang sunyi senyap. Bagi Lucia, hal tersebut sudah biasa karena para penghuni mansionnya tengah sibuk.

"Nee, Iori-sama.... Tadi kau bilang ingin bicara denganku." Lucia menatap manik coklat milik Iori "Apa yang ingin kau katakan?"

"Maafkan aku, Lucia-kun."

"He? Untuk apa?"

Iori membalikkan badannya hingga manik milik mereka bertemu "Aku minta maaf atas keraguanku padamu. Setelah melihat Lord Kuro dan Kotori-chan saling percaya, aku jadi iri pada mereka."

Lucia hanya mengangguk paham dengan apa yang dikatakan Iori "Perlu kau ketahui, dulu Kotori-sama juga meragukan My Lord."

"Lalu?"

"Setelah kejadian yang mereka lalui, akhirnya mereka saling percaya dan bersama." Tangan kokoh milik pemuda bersurai putih tersebut merengkuh tubuh rapuh milik Iori "Kitapun juga bisa dan jangan khawatir, aku akan melindungimu."

"Karena kau mempercayaiku?"

"Ya."

Air mata menetes dan membasahi wajah Iori "Terima kasih, Lucia-kun. Kau sangat baik."

"Sudahlah, Iori-sama." Tanpa disadari oleh Iori, Lucia terlihat tertarik pada gadis bersurai coklat tersebut 'Karena kau mateku, Hagane Iori. Apapun yang terjadi, aku pasti melindungimu.'

"Anoo.... Lucia-kun, apa kau akan mengajariku cara bertarung dengan baik?"

"Ya, tentu saja, Iori-sama."

Pemuda bersurai putih tersebut melepaskan rengkuhannya dan memegang tangan kanan gadis bersurai coklat tersebut "Aku akan membawamu pada perdamaian yang kau inginkan, Hagane Iori-sama. Maukah kau ikut denganku?"

Iori pun hanya tersenyum manis pada Lucia "Baiklah, Lord of Heathclieff, Lucia Heathclieff."