Keesokan harinya, Mansion Dionisius....
Kuro dan Kotori berdiri berhadapan di belakang mansion. Angin berhembus membuat surai milik keduanya berkibar-kibar. Tatapan mereka tetaplah tatapan serius.
"Sekarang, serang aku, Kotori."
Kotori mengayunkan Hayakura Wolfin miliknya untuk menyerang Kuro. Gadis bersurai biru muda tersebut melesat dan mencoba melukai Kuro dengan senjata miliknya. Dengan cepat, pria bersurai hitam tersebut menghindari setiap serangan yang dilancarkan oleh Kotori.
"Sial, seranganku tidak ada yang mempan." Kotori merutuk kesal karena serangannya tidak ada yang mengenai Kuro.
"Kau terlalu emosional, Kotori." Dengan cepat, Kuro melesat ke arah belakang Kotori "Dengan seranganmu itu, Dewan dengan mudah menangkapmu."
"Lalu, apa yang harus kulakukan?"
Pria bersurai hitam tersebut mendekati Kotori dengan tenang tanpa emosi sama sekali "Kau harus mengendalikan emosimu dan tetap fokus, Kotori. Selain itu, ada teknik untuk mengendalikan Hayakura Wolfin."
Hening sejenak....
"Senjata ini ada tekniknya, Kuro-san? Bagaimana caranya?"
"Err.... Semua dari dirimu sendiri, Kotori." Kuro menggaruk lehernya sendiri "Soalnya jarang ada yang bisa mengendalikannya selain ibuku."
"Oh, begitu." Kotori hanya beroh ria.
Drap drap drap....
Pandangan mereka beralih pada seorang prajurit yang berlari ke arah mereka berdua. Kuro segera memundurkan tubuhnya dan menatap prajurit tersebut.
"Ada apa, prajurit? Apa ada masalah?"
"Maafkan hamba, My Lord. Ada seorang penyusup dari Dewan datang kemari untuk mencari tahu kelemahan My Lord sendiri."
"Kelemahanku katamu?" Aura Kuro yang cukup dahsyat tersebut membuat prajurit tersebut bergidik ngeri, termasuk Kotori yang berada dekat dengan Kuro.
'Kuro-san kalau marah menakutkan sekali. Aku harus berhati-hati mulai sekarang.' Begitulah batin Kotori yang berbicara.
"Na-namun, penyusup itu sudah tertangkap dan sekarang di penjara bawah tanah, My Lord."
"Cih, ternyata Stuart ingin mengibarkan bendera perang padaku." Lalu, manik merah milik Kuro menatap prajurit tersebut dengan tatapan dingin "Prajurit, siapkan pasukan dan tunggu aba-aba dariku dan kirim pesan pada Stefan Wisteria untuk mempersiapkan diri!!!"
"Yes, My Lord."
Prajurit tersebut pergi meninggalkan tempatnya. Tatapan Kuro kini beralih pada Kotori yang dari tadi hanya tutup mulut "Ternyata mereka serius ingin mengambilmu dariku, Kotori."
"Lalu, apa yang harus kita lakukan?"
"Mau tidak mau, kita harus siap bertempur." Kuropun membalikkan badannya membelakangi Kotori "Kau harus siap mental mulai sekarang, Minase Kotori."
"Baik, Kuro-san."
****
Cklek!!!
Blam!!!
Kotori memasuki kamarnya dan menatap sekitar ruangan tersebut. Dia menyadari bahwa saat ini dirinya sedang diincar oleh Dewan Tertinggi karena darah batu merah yang terdapat di dalam tubuhnya.
"Ayah, Ibu, Rizumu, kak Yumiko, kak Izuna, aku harus bagaimana? Jika aku tewas dalam pertempuran, berakhirlah sudah."
Jeda sejenak....
"Aku harus bisa menguasai teknik Hayakura Wolfin."
Dengan cepat, Kotori meraih Hayakura Wolfin miliknya dan berlari keluar dari kamarnya untuk berlatih.
Brak!!!
Blam!!!
****
"Apa kita perlu mengirim pesan pada Jack Frontier, My Lord?"
"Hn, buat apa, Austin?"
"Setahun hamba, Jack Frontier tidak memberi keputusan yang pasti saat Dewan mengirim pesan pada beliau."
"Apa ada kaitannya dengan kejadian 7 tahun yang lalu?"
"Mungkin saja, My Lord. Mate Jack-sama terbunuh di sana."
Kuro menatap Raven miliknya, yaitu Austin dengan tatapan yang bisa dimengerti oleh sang Raven sendiri "Apa kau yakin dia mau menerima pesanku dan bergabung dengan kita?"
"Ya, My Lord. Jack Frontier juga mengalami nasib yang sama dengan My Lord sendiri, jadi beliau bisa kita ajak kerjasama."
"Baiklah, Austin. Aku akan mengirim pesan padanya dan pastikan pesanku tersampaikan."
"Yes, My Lord."
Dengan cekatan, Kuro menulis surat yang entah dijawab oleh sang penerima. Austin hanya tersenyum melihat Tuannya yang terlihat bersemangat.
'Berkat kehadiran Kotori-sama, kini Kuro-sama telah berubah total.'
****
Di sebuah mansion yang tersembunyi....
"Jadi, Kuro Dionisius meminta kita untuk bergabung dengan mereka?"
"Ya, Tuanku."
"Ini menarik sekali. Kebetulan aku ingin membunuh Stuart karena seenaknya membunuh mateku, padahal aku ingin melihatnya tumbuh menjadi gadis manusia yang cantik malah berubah menjadi gadis vampire yang terluka."
"Jadi, Anda ingin menerima kerjasama Tuan Kuro, Tuanku?"
"Ya, tentu saja."
Pria bersurai kuning tersebut segera menulis surat balasan untuk Kuro. Sang Raven milik pria tersebut hanya tersenyum melihat Tuannya sendiri yang bisa diandalkan.
"Ini, Ren. Antarkan kembali pada Kuro Dionisius." Pria tersebut menyerahkan gulungan kertas tersebut pada sang Raven.
"Baik, Tuanku." Dan Sang Ravenpun menghilang secara kasat mata.
Cklek!!!
"Jack-sama, apa aku mengganggumu?" Seorang gadis bersurai biru muda dan berparas cantik namun pucat menatap Tuannya dari balik pintu.
"Tidak, masuklah, Rizumu."
Gadis bersurai biru muda tersebut memasuki ruangan yang merupakan ruang pribadi milik pria yang bernama Jack tersebut "Anoo, Jack-sama. Mengenai kejadian 7 tahun yang lalu.... "
"Ah, yang itu. Kakakmu Kotori aman di tangan Lord vampire terkutuk itu."
"Kotori nee-san? Lalu, apa yang terjadi pada nee-san?" Gadis yang bernama Rizumu tersebut penasaran dengan kondisi Kotori.
"Kakakmu diincar Stuart dan jika hal itu terjadi, maka tamatlah riwayat kita semua." Jack terlihat menghela nafas lelah "Lagipula, dia sudah membunuhmu tanpa ampun, Minase Rizumu."
"Namun, Anda menghidupkanku kembali, Jack-sama. Bagiku, itu sudah cukup untuk melihat Kotori nee-san berjuang."
"Kau benar, Rizumu."
****
Trang!!!
Trang!!!
Wush!!!
"Aku harus lebih baik dari ini." Kotori mengayunkan Hayakura Wolfin miliknya ke arah sebatang kayu yang sengaja dibuat olehnya untuk latihan. Kedua tangan mungilnya memegang erat senjatanya tersebut dan terlihat wajahnya penuh kelelahan "Aku harus bisa mengalahkan ketua Dewan yang telah membunuh keluargaku."
"Kuakui semangatmu sangat tinggi, Minase Kotori."
Manik biru milik Kotori menatap seorang pemuda bersurai hijau tua dengan tatapan curiga "Siapa kau dan mat apa kau kemari?"
"Perlukah aku memberitahumu, Kotori ojou-sama?" Baiklah kalau begitu." Pemuda tersebut membungkukkan badannya sejenak "Namaku Rafael Midler, ojou-sama dan aku datang untuk menjemputmu."
"Menjemputku? Apa maksudmu?"
"Aku akan mengeluarkanmu dari neraka ini, ojou-sama."
Setelah mendengarkan ucapan Rafael, Kotori langsung memundurkan langkahnya satu per satu "Ti-tidak, aku tidak mau."
"Oh, Anda harus mau, Ojou-sama. Lordku akan melindungimu dari bahaya."
Saat pria yang bernama Rafael tersebut mendekati Kotori, tiba-tiba Kotori dipeluk dari belakang. Tubuh Kotori mulai gemetar dan genggaman senjata miliknya semakin erat 'Kuro-san, tolong aku.... '
"Apa kau berniat menculik Kotori di wilayah ku, Rafael Midler? Kau harus berurusan denganku."
Kotori langsung mendengar suara yang menurutnya sangat tidak asing dan menoleh ke arah sumber suara tersebut "Ku-Kuro-san?"
"Apa kau baik-baik saja, Kotori?" Tatapan Kuro beralih pada Kotori sejenak, lalu beralih pada Rafael dengan tatapan dingin.
"Umm.... Ya."
"Cih, lagi-lagi kau, Lord vampire terkutuk Kuro Dionisius." Rafaelpun mencoba menyerang Kuro dan Kotori, namun ayunan Hayakura Wolfin milik Kotori lebih dulu mengenai pipi Rafael hingga berdarah.
"A-apa kena?" Kotori mencoba mengintip sebentar kondisi duel tersebut.
"Ya, Kotori. Kau berhasil melukai pipi Rafael."
"Sungguh? Syukurlah."
"Cih, kali ini kalian lolos. Lain kali Minase Kotori akan jatuh ke tangan kami."
Splash!!!
Wush!!!
Kuro menatap kepergian Rafael "Ternyata memang tidak punya pilihan lain selain meruntuhkan kekuasaan Stuart Schaeffer." Lalu, pandangannya beralih pada Kotori "Lain kali kalau mau latihan, katakan padaku dulu."
"Maaf, Kuro-san."
"Tapi, kuakui kau berhasil mengendalikan Hayakura Wolfin dengan baik, Kotori."
Jeda sejenak....
"Dan meruntuhkan pertahanan pengawal Stuart dengan cara melukainya. Kau memang sulit kupahami, Kotori."
"Terima kasih, Kuro-san." Kotori hanya tersipu malu mendengar pujian Kuro "Dan terima kasih sudah menolongku, Kuro-san."
"Tidak masalah, Kotori." Kuro hanya tersenyum mendengar ucapan Kotori "Ayo kita masuk."
"Umm.... Ya."
Mereka berduapun memasuki mansion dengan tenang. Dari kejauhan, terlihat pemuda bersurai biru yang menatap kepergian mereka.
"Kotori, syukurlah kau masih hidup."
****
Cklek!!!
Blam!!!
Ketika Kuro dan Kotori memasuki ruangan, tiba-tiba Austin yang tak lain adalah Raven milik Kuro sendiri menghampiri mereka berdua "My Lord, Jack Frontier mau bergabung dengan kita."
"Jack mau bergabung dengan kita? Apa dia sudah membalas suratku?"
"Ya, My Lord. Stuart telah membunuh mate Tuan Jack dan beliau balas dendam pada Dewan."
"Bagus. Austin, kerahkan pasukan dan tunggu aba-aba dariku!!!"
"Yes, My Lord." Dan Austinpun menghilang dari hadapan mereka berdua.
Kuro langsung menatap Kotori sejenak "Kurasa sudah saatnya kita membalikkan keadaan, Kotori. Kau harus selalu siap mulai sekarang."
"Baik, Kuro-san."