Chereads / Mystic Boy / Chapter 39 - Sadewa (Chapter 39)

Chapter 39 - Sadewa (Chapter 39)

Dewa perlahan-lahan membuka matanya. Ia sangat terkejut, karena semua orang tengah menatapnya. Dewa memerhatikan sekitarnya. Rupanya, ia sudah berada di dalam bis. Laki-laki itu pun duduk perlahan-lahan.

"Sayang, kamu nggak apa-apa?" tanya Amor dengan raut wajahnya yang terlihat sangat mengkhawatirkan laki-laki itu. Dewa pun menganggukkan kepalanya dengan pelan.

"Iya, aku nggak apa-apa," sahut Dewa. Namun tampaknya, para siswa-siswi lainnya tampak tak menyukai kejadian ini. Mereka semua menatap Dewa dengan tajam sehingga membuat laki-laki itu merasa tidak nyaman.

"Ah, gara-gara elo sih, kita jadi nggak bisa puas ada di sana," ucap shinta, salah satu teman sekelas Dewa.

"Tahu tuh, ganggu banget sih," sahut yang lainnya. Dewa hanya bisa diam, tak ada gunanya untuk membalas teman-temannya. Namun, Amor sangat kesal mendengar ucapan mereka semua. Ia pun menatap mereka.

"Jangan gitu dong. Dewa kan lagi nggak enak badan, kenapa kalian malah marahin dia?!" seru Amor.

"Alah, lo sama Dewa itu sama aja, sama-sama nyebelin," sahut salah seorang murid bernama Putri. Amor semakin merasa kesal dengan mereka. Namun, laki-laki di hadapannya itu memberi aba-aba untuk mengabaikan ucapan mereka.

Semua murid telah kembali ke tempat duduk mereka masing-masing. Amor yang masih mengerutkan alisnya itu pun melipat kedua tangannya. Iaa benar-benar tak terima dengan ucapan teman-temannya mengenai Dewa.

"Kenapa kamu malah ngelarang aku buat marahin mereka sih? Aku tuh marahin mereka, biar mereka menghargai kamu," ujar Amor dengan wajah yang ditekuk.

"Percuma. Bukannya menghargai, mereka justru akan semakin kesal sama aku," sahut Dewa. Laki-laki itu tersenyum melihat Amor yang mengerucutkan bibirnya. Baginya, Amor yang seperti itu benar-benar terlihat imut. Gadis itu pun mengembuskan napas panjang dan menatap Dewa. Ia merasa bahwa laki-laki itu sangat aneh karena tersenyum dengan sendirinya.

"Kamu kenapa?" tanya Amor dengan raut wajahnya yang masih terlihat kesal.

"Jangan marah-marah terus, nanti cantiknya kamu hilang lho," sahut Dewa dengan senyuman usilnya. Amor merasa semakin kesal. Namun di sisi lain, ia juga merasa senang hingga sangat tersipu malu.

*****

Selesai makan malam, mereka langsung melanjutkan rekreasi. Kali ini, mereka mengunjungi sebuah pasar modern yang sangat ramai. Dewa turun dari bis terlebih dahulu dan menggandeng tangan Amor. Mereka pun berjalan berdampingan sembari saling menggenggam tangan dengan erat.

"Ehm ... Ehm ... Gandengan terus nih ya, gue sampe dilupain," sindir Benny dengan senyuman jahil.

"Makanya, Ben. Lo juga harus punya pacar, biar lo juga bisa ngerasain yang namanya punya pacar," sahut Amor.

"Dulu, lo berdua sama-sama bilang ogah waktu gue godain, ingat nggak? Eh, sekarang malah lengket banget kayak lem," goda Benny. Dewa hanya bisa menggeleng-geleng kepala mendengar ucapan mereka berdua.

Disaat tengah asyik melihat-lihat di toko oleh-oleh, Dewa mendengar teman sekelasnya yang bernama Shinta berbicara dengan teman- temannya.

"Eh, dompet gue kayaknya ketinggalan di bis deh. Gue cari dompet dulu ya," gadis itu berpamitan kepada teman-temannya dan berjalan menuju bis mereka.

Entah kenapa, Dewa seperti pernah mengalami kejadian ini. Apa mungkin dia sedang mengalami deja vu? Entahlah. Yang jelas, ia merasa pernah mengalami kejadian ini. Dewa berusaha untuk mengingatnya. Beberapa saat kemudian, mata Dewa terbelalak. Akhirnya, ia ingat. Ini adalah sebuah kecelakaan beruntun yang pernah secara tiba-tiba muncul di penglihatannya. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia tidak mungkin membiarkan kejadian ini terjadi. Dewa pun menyusul Shinta memasuki bis, dan menemukan gadis itu. Laki-laki itu pun menarik tangan Shinta dengan keras.

"Lo harus keluar sekarang juga!" ucap Dewa sembari menarik tangan gadis itu.

"Eh, lo apa-apa'an sih? Gue lagi nyari dompet nih!" seru gadis itu. Dewa benar-benar sudah habis kesabarannya.

"Nyawa itu jauh lebih penting daripada dompet, ngerti nggak sih lo?!" seru Dewa. Gadis itu berusaha untuk melepas tangan laki-laki itu, namun tidak bisa, tenaga Dewa lebih kuat darinya.

Setelah berhasil keluar dari bis, dalam hitungan detik, bis yang mereka naiki tertabrak oleh truk yang berisi bensin, sehingga kebakaran hebat pun tak bisa dihindari. Gadis yang ditolong oleh Dewa itu benar-benar tak menyangka bahwa kecelakaan akan benar-benar terjadi. Dewa mencoba menghubungi pemadam kebakaran. Setelah selesai melakukannya, semua orang justru terlihat hanya memandangi kejadian itu. Lebih buruknya lagi, sebagian dari mereka menatap Dewa dengan tajam, seolah-olah ialah pembawa sial dari semua ini, termasuk Shinta, gadis yang baru saja ia tolong.

***** TBC *****