Chereads / Kau Membalasku Maka Aku Akan Membalasmu / Chapter 2 - 2. Rara dan Eza

Chapter 2 - 2. Rara dan Eza

"Hah... hah... hah...." Gad- ralat, wanita itu terengah dengan peluh membanjiri tubuhnya. Tubuhnya benar-benar lelah dan penuh keringat, rasanya benar-benar lengket tapi pria di atasnya belum ada tanda-tanda untuk berhenti.

"Tidak bisa kabur, lagi?" Eza menyeringai lebar disela gerakannya yang kian cepat. "Pembalasan baru dimulai sayang, nikmati kehidupan barumu," bisiknya kemudian.

Rara ingin menangis sekarang, tapi tidak, dia bukan wanita lemah. Saat ini ia memang tidak bisa melakukan apapun, tapi lihat saja nanti.

Silvia Naura atau lebih dikenal dengan panggilan Rara adalah putri bungsu dari pasangan Agam Bagas dan Sri Davina. Ayahnya bekerja sebagai kasir di minimarket miliknya sendiri dan ibunya hanyalah ibu rumah tangga yang baik. Dan seperti yang kita tahu kakaknya adalah seorang polisi.

Dibesarkan di lingkungan penuh kasih sayang Rara tumbuh sebagai gadis yang ceria dan pemberani juga cerdas. Terbukti dari ketenangan dan kecerdikannya mengelabui Eza waktu itu. Jika ia merasa benar maka ia akan bertahan pada pendiriannya tersebut, atau apakah harus kita sebut keras kepala?

Baru lulus SMA dua bulan yang lalu kini ia tengah menunggu jadwal masuk kuliah yang akan dimulai minggu depan. Ia kira semua akan baik-baik saja, hidupnya akan berjalan sesuai rencananya, kuliah, lulus, bekerja dan menikah jika sudah tiba waktunya dengan pria yang ia cinta, tapi karena emosi sesaat ia harus kehilangan angan-angannya. Usianya baru 18 menuju 19 tahun beberapa bulan lagi tapi ia harus sudah menikah dengan pria yang sialnya tampan tapi mengerikan, terlebih tak ada cinta didalamnya. Ia yakin pria itu menikahinya hanya untuk balas dendam semata padanya.

Rasanya ia ingin memutar waktu dan kembali ke hari dimana ia menjadi korban pelecehan. Harusnya ia mendengar kata ibunya agar memakai celana lebih panjang. Ia mengabaikannya dan tetap memakai celana pendek kesayangannya saat keluar rumah. Alhasil ia harus jadi korban pelecehan dan ia balas dendam dengan cara yang salah. Meski hanya menepuk pantatnya tetap saja ia tak terima. Menuruti kemarahannya ia balas dendam dengan cara yang salah dan mengantarkannya mengakhiri masa mudanya dengan pria gila yang menggunakan pernikahan sebagai sarana balas dendam. Ia tidak bisa menolak, Eza mengancamnya jika ia menolak ia akan melanjutkan tuntutannya dan meminta ganti rugi ratusan juta sebagai ganti spion mobilnya.

Rara mengerjapkan mata saat sinar matahari menyilaukan menembus jendela menerpa wajahnya. Tubuhnya benar-benar lemas, seakan tulang-tulangnya lepas dari kulit. Sialan, pria itu memonopoli nya sehari semalam hingga membuatnya tidak bisa bergerak.

Eza keluar dari kamar mandi dengan wajah segar, rambutnya masih basah dan ia hanya mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya.

"Sudah bangun eh?" Mendekati istrinya yang terkulai lemas diatas ranjang. Rambut acak-acakan dan ruam merah di sekujur tubuhnya. 

"Si-- sialan ka-- kau." Suara Rara terdengar serak.

"Apa seperti itu caramu bicara pada suamimu? dengar gadis kecil, aku menikahimu untuk membalas sikap tak sopanmu padaku, jadi persiapkan dirimu karena aku tidak akan melepasmu sebelum aku benar-benar puas membalasmu dan lagi, kau tetap bertugas sebagai istri yang menyiapkan semua kebutuhanku sebagai ganti rugi mobilku," kata Eza dengan seringai lebar diwajah tampannya.

"A-- apa katamu?" mata Rara melotot tak percaya.

"Masih belum jelas?" Eza merangkak ke atas ranjang dan kembali menindih istrinya. "Aku akan menjelaskannya sampai kau benar-benar mengerti." Ditiupnya telinga Rara yang membuatnya meremang.

"Cukup! Aku tahu, se-- sekarang menyingkir dariku!" teriak Rara sekuat tenaga menghiraukan suaranya yang hampir habis.

Eza menyeringai dan menatap wajah berantakan istrinya seraya berkata, "Bagus, jadilah istri yang baik dan lakukan tugasmu dengan baik maka aku akan mengurangi masa balas dendamku." 

Setelahnya ia bangun dan beranjak dari ranjang, meninggalkan Rara yang masih belum bisa bergerak.

Eza tertawa dalam hati. "Rasakan pembalasanku," ucapnya dalam hati.

Arya Fahreza, pria berusia 25 tahun itu adalah pemimpin dari perusahaan Adipati Shoes, perusahaan yang berjalan di bidang pembuatan sepatu yang diekspor ke berbagai negara. Perusahaan tersebut adalah pemberian dari sang ayah yang kemudian dikembangkan olehnya hingga bisa berjaya seperti sekarang ini. Jika dulu hanya merambah pasar nasional, kini ia berhasil melebarkannya dan merambah pasar internasional. Berkat kerja kerasnya perusahaan kecil pemberian sang ayah berhasil sukses.

Entah apa yang membuatnya mempunyai ide membalas Rara dengan menikahinya. Jika ia mau ia bisa mendapatkan wanita manapun. Bagaimana tidak? tinggi 180cm, kulit putih bersih dengan wajah bak dewa Yunani ditambah sorot mata tajam yang mampu membuat wanita manapun meleleh dan jangan lupa dengan bentuk tubuh atletis dengan roti sobek yang mampu membuat wanita menjerit. Bahkan saat Rara memuji tubuhnya itu sama sekali bukan tipuan. Dan satu hal yang tak akan bisa ditolak kaum hawa karena ia memiliki segalanya, uang, jabatan, kesuksesan, semua yang diinginkan wanita ada padanya.

Ia kembali ke kamar dengan satu gelas susu ditangannya. Hal pertama yang ia lihat adalah istrinya yang berjalan merangkak menuju kamar mandi. Ia menyeringai, meletakkan susu yang ia bawa ke atas meja dan berjalan menghampiri Rara yang berusaha berdiri berpegangan pada dinding.

Tanpa Rara sadari Eza telah berada di depannya, menatapnya dengan tatapan mengejek.

"Wow, aku benar-benar hebat bukan? hingga membuatmu tak bisa berjalan," kata Eza dengan seringai terukir diwajah tampannya.

Rara melotot. "Minggir kau!" katanya dengan suara tegas.

"Jika kau lupa ini adalah apartemenku, Sayang," kata Eza kemudian tanpa aba-aba menggendong Rara ala bridalstyle masuk ke dalam kamar mandi.

"A-- apa yang kau lakukan? turunkan aku!" teriak Rara dengan meronta namun percuma saja, Eza tetap menggendongnya dan menurunkannya ke dalam bath up berisi air hangat.

"Sebagai suami yang baik aku akan membantumu membersihkan diri," kata Eza dengan seringai kian melebar. "Hm... tapi sepertinya aku punya ide bagus." Eza sedikit menunduk dan berbisik di telinga Rara yang membuatnya seketika melotot.

"Mari kita bermain-- disini."