Tidak seperti biasa, ruang makan keluarga Arya kini terdengar hidup. Biasanya acara makan malam mereka berjalan tenang dan hening namun berbeda dengan kali ini.
"Makan yang banyak, Sayang." Nyonya Arya alias ibunya Eza menambahkan banyak irisan sayur dan daging ke piring Rara. Makan malam keluarga Arya sudah selesai kecuali untuk Rara. Ayah mertuanya sudah pergi menonton acara debat kesukaannya. Kakak iparnya sudah pulang kerumah mereka sendiri dan sekarang tinggal dia, ibu mertuanya dan Eza. Sebenarnya ia sudah menghabiskan makan malamnya tapi ibu mertuanya kembali memberinya makan malam tahap ke dua.
"Su-- sudah cukup Bu," kata Rara yang menatap horor pada piringnya yang berisi setumpuk sayur dan daging. Ia sudah menghabiskan sepiring nasi beserta lauk pauknya dan ibu mertuanya kembali menyuruhnya makan.
"Menurut penelitian kalau banyak makan sayur dan buah persentase mengandung anak perempuan akan lebih tinggi," kata Nyonya Arya yang kini mengupaskan buah apel untuk Rara. "Jika banyak makan daging maka sebaliknya, persentase anak laki-laki yang lebih tinggi," katanya kembali. Senyum kebahagiaan tak pernah lepas dari wajah cantiknya meski sudah kepala lima.
"Ta-- tapi Bu... ini...." kata Rara dengan menunjuk piringnya.
"Ibu sengaja memberimu banyak sayur dan daging agar ibu memiliki cucu kembar laki-laki dan perempuan nanti," kata Nyonya Arya dengan riang.
Rara ingin tenggelam saja, darimana mertuanya punya pemikiran seperti itu?
Eza yang melihat ekspresi Rara tertawa dalam hati. Sepertinya ia punya ide bagus.
"Ibu benar, Sayang." Eza yang sebelumnya duduk berhadapan dengan Rara kini berpindah dan duduk di samping Rara. "Kau harus banyak makan agar calon anak kita sehat dan kuat," katanya kemudian dengan mengambil sendok dan berniat menyuapi Rara. Beberapa detik kemudian sendok telah dipenuhi sayur dan berada tepat di depan mulut Rara.
"Tapi aku sudah kenyang, Sayang." Rara tertawa aneh dengan berusaha menyingkirkan tangan Eza dari depan mulutnya.
"Jangan begitu Sayang, tidak baik menyia-nyiakan makanan yang sudah ada di piringmu." Eza menyeringai dan kembali mengarahkan sendok ke depan mulut Rara.
"Eza benar Sayang, saat hamil muda kau harus banyak makan agar janin dalam kandunganmu sehat dan kuat," kata Nyonya Arya yang kini mengambil piring dan menaruh apel yang sudah dikupasnya, kemudian mengambil satu buah melon dari dalam kulkas.
Dengan terpaksa Rara membuka mulut. Tanpa membuang waktu Eza menyuapkan sesendok penuh sayur ke dalam mulut Rara kemudian menyuapkan lagi irisan besar daging meski mulut Rara masih penuh oleh makanan. Terus seperti itu hingga Rara hampir tersedak.
"Uhuk... uhuk...." Rara menepuk dadanya dengan terbatuk. Melihat Rara hampir tersedak Eza segera memberinya segelas air putih.
"Pelan-pelan Sayang," kata Eza dengan menepuk kecil punggung Rara.
Rara menghabiskan minumnya hingga tandas kemudian melotot pada Eza.
"Makanya hati-hati kalau makan." Eza mengacak rambut Rara dengan tersenyum mengejek.
"Kau yang terus menyuapiku meski mulutku masih penuh!" kata Rara namun hanya dalam hati. Ia tak akan menunjukkan sifat melawan pada Eza didepan mertuanya. Dan akhirnya ia hanya mampu memberi Eza tatapan tajam.
"Kau harus menyuapi istrimu dengan hati-hati Za," kata Nyonya Arya yang mendengar Rara terbatuk. Ia tengah mengupas buah melon membuatnya tak menyadari jika menantunya terus dijejali makanan meski mulutnya masih penuh. "Apa kau ingin lagi, Sayang?" tanyanya kemudian setelah memotong buah melon itu menjadi bagian-bagian kecil dan meletakkannya bersama buah apel.
"Ti-- tidak Bu, Rara benar-benar sudah kenyang," ucap Rara dengan senyum dipaksakan.
"Kalau begitu giliran makan buah." Nyonya Arya meletakkan piring berisi buah apel dan melon di depan Rara.
Rara kian melotot dan menatap horor sepiring buah dihadapannya, ia sudah tak sanggup lagi jika harus kembali mengisi perutnya.
"Makan yang banyak Sayang agar cucu ibu bisa tumbuh dengan sehat dan segera lahir," kata Nyonya Arya dengan gembira. Ia benar-benar bahagia akan memiliki cucu. Ia mengambil piring bekas makan Rara dan mencucinya dengan bersenandung ria.
"Biar aku suapi agar kau kembali makan dengan lahap," kata Eza yang sudah bersiap menyuapkan sepotong irisan apel.
"Aku sudah kenyang, sungguh." Rara menolak hingga memalingkan muka.
"Kau harus makan agar tidak kelaparan nanti malam Sayang, ibu hamil biasanya selalu lapar di jam yang tak terduga," kata Nyonya Arya tanpa menoleh pada Rara dan Eza dibelakangnya. Ia masih sibuk mencuci piring bekas makan malam.
Kembali tak enak hati pada ibu mertuanya, dengan terpaksa Rara membuka mulut.
"Say A...," kata Eza dengan menyuapkan dua potong irisan apel sekaligus.
Rara mengunyahnya dengan pelan, bahkan hanya untuk mengunyahpun rasanya ia sudah tak sanggup. Dikunyahnya buah apel dalam mulutnya dan mencoba menelannya dengan susah payah.
1 detik...
2 detik...
3 det--
"Woek...."
Eza melotot, ibunya terkejut dan Rara? memuntahkan semua isi perutnya tepat di depan Eza. Eza tak sempat menghindar terlebih Rara berpegang pada dua bahunya dan menahannya.
"Kau!" Eza menggeram marah. Baju hingga celananya penuh dengan muntahan Rara. Menghiraukannya Rara justru mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinga Eza. "Kau membalasku? maka aku akan membalasmu."