Sinar mentari semakin terik, namun tak ada satupun dari mereka yang beranjak pergi.
Bersembunyi dibalik batu, bukan tempat yang tepat untuk berlindung dari panasnya matahari. Clara mulai gerah, peluh mulai membasahi seluruh tubuhnya, darah mengering yang melekat pada tubuhnya semakin membuatnya merasa tidak nyaman.
Bukannya ia tidak memiliki keberanian untuk tampil dihadapan pria tua itu, hanya saja ia baru saja datang di dunia ini, belum mengetahui tentang seluk beluk tempat ini terlebih lagi ia belum bisa mencerna dengan baik semua kejadian dan hal hal aneh yang terjadi pada diri dan sekitarnya. Menjadi waspada mungkin bukan sesuatu hal yang buruk, bukan?
Tenggelam dalam berbagai macam pikiran, ia benar benar tak tahu harus bagaimana, pertama dalam hidupnya merasakan sesuatu seperti menemui jalan buntu.
Kembali melihat ingatan pemilik tubuh sebelumnya, Fu Xie Lan. Itu sangat menyedihkan, hidup penuh dengan penyiksaan, sebuah penyiksaan yang tidak lebih baik dari pada kematian itu sendiri. Ingatan yang juga ikut membangkitkan rasa amarah sekaligus putus asa dalam dirinya. Ingin sekali rasanya Clara membalas semua perlakuan orang orang itu, namun apa itu balas dendam? Jika bahkan ia sendiri belum memiliki keberanian untuk kembali ke kerajaan itu.
"Mungkin suatu saat," pikirnya. Mencoba mengesampingkan keinginan untuk balas dendam.
Satu satunya yang ia butuhkan sekarang ini adalah tempat tinggal, beberapa pakaian, makanan dan beberapa informasi tentang dunia tempatnya berada, melihat ingatan Fu Xie Lan yang hanya berputar pada kerajaan Zu saja itu sama sekali tidak dapat membantunya.
Mengamati setiap gerakan makhluk tua yang berada tak jauh darinya, tampak tidak berbahaya seketika membuat pikirannya bekerja cepat.
"Mungkin tua bangka itu bisa sedikit berguna bagiku," pikiran licik tiba tiba meluncur begitu saja dari kepalanya. Demi bertahan hidup, kali ini mungkin ia benar benar harus menurunkan sedikit egonya dan mencoba untuk bersikap lebih hangat.
Setelah membuat keputusan, Clara tak lagi menunda beberapa detik untuk tetap bertahan diposisinya. Perlahan berdiri, ia kemudian beranjak menuju pria tua itu berada.
"Hehehe. Aku tak menduga, bahwa kamu benar benar akan secepat itu untuk menyerah."
Clara yang baru saja mengambil dua langkah tiba tiba terhenti oleh suara kekehan yang mencapai indranya, mendengar asal suara, itu berasal dari pria tua bertubuh pendek yang masih dalam keadaan bersandar pada batu, masih menatap langit.
"Apakah makhluk tua ini sengaja menungguku untuk muncul?" Berdiri tertegun,
Sebuah pikiran tiba tiba terlintas dibenaknya.
"Hey nak! jangan takut, aku tidak memilki niat buruk padamu," tambahnya lagi, kemudian mengalihkan pandangannya menuju sosok yang sesaat lalu berjalan menghampirinya dengan senyum lebar memenuhi wajahnya. Akan tetapi, belum sampai beberapa detik, senyum pria tua itu menegang, tampak seperti seseorang yang baru saja melihat hantu.
Clara sangat mengerti dengan tingkah si pria tua. Makhluk seperti apa yang tidak terkejut ketika melihat seorang gadis yang memiliki rambut acak acakan dengan noda darah memenuhi sekujur tubuhnya ditambah pakaian yang dikenakan sudah koyak dimana mana, terlebih tidak ada bekas luka yang bisa terlihat oleh mata.
Melihat tingkah pria tua yang sepertinya kaget dan bingung disaat yang bersamaan, dengan santai Clara kembali melangkahkan kakinya mendekati pria tua itu.
"Siapa kamu? Tidak, tidak, maksudku apa yang terjadi pada tubuhmu?" Ucap pria tua itu tergagap, tiba tiba merasa bingung dengan pikirannya sendiri.
Berhenti tepat di depan pria tua itu, Clara menatap kemudian menggelengkan kepalanya seolah tidak mengingat apa apa. Bukan ia tak ingin menjawab, hanya saja tidak mungkin baginya untuk menjawab bahwa ia bukan berasal dari dunia ini.
"Nak... Mengapa kamu berkeliaran di hutan berbahaya ini sendirian? Dan dimana keluargamu? Apakah kamu tersesat?" tanya pria tua itu lagi merasa kasihan dengan gadis kecil yang berdiri didepannya.
"...." Clara diam tak tahu harus memberi jawaban apa.
"Siapa namamu?" pria tua itu kembali bertanya.
Clara ingin segera menjawab, namun hanya berhasil menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara. Kembali bingung, ia tak tahu harus menjawab apa, apakah ia tetap akan menggunakan nama Fu Xie Lan atau tetap dengan namanya 'Clara'. Seketika ia benar benar merasa menjadi makhluk tebodoh di dunia ini, hanya karena pemilihan nama sudah membuatnya berada dalam kebingungan.
Melihat respon gadis kecil yang berdiri di depannya, pria tua itu merasa seperti tidak berdaya. Jika saja gadis ini bukan manusia, mungkin ia sudah membawa dan merawatnya dengan senang hati.
Tiba tiba mengingat tujuan awalnya ia kemari, yaitu untuk memperoleh beberapa informasi tentang keanehan yang dilihatnya semalam.
"Baiklah, siapa kamu, siapa namamu, dan apa yang terjadi denganmu, itu tidak ada hubungannya denganku," ujarnya sambil menghela nafas berat.
"Aku hanya ingin menanyakan beberapa hal padamu," ucap pria tua itu kembali.
Mendengar ucapan pria itu, alisnya berkerut samar, menatap bingung pada pria tua yang berdiri didepannya. Bagaimana tidak, ia baru saja datang ke dunia ini, dan seseorang sudah memiliki pertanyaan untuknya, terlebih lagi jika ingatan Fu Xie Lan benar, sepertinya ia tak pernah bertemu dengan pria tua itu. Bergelut dalam pikirannya sejenak, meskipun ia benar benar sudah yakin bahwa ia tak memiliki jawaban atas pertanyaan yang akan diajukan oleh pria itu, namun ini benar benar kesempatan terakhirnya.
"Apa itu?" Jawab Clara memasang ekspresi polos yang menambah kesan menyedihkan atas dirinya.
"Nak... Apakah kamu melihat kejadian aneh di hutan ini semalam? Apa kamu tahu dari mana sumber kejadian itu berasal?" Pria tua itu kembali bertanya dengan nada sehalus mungkin, khawatir ia akan menakuti gadis kecil yang berdiri didepannya.
"Kejadian aneh?" Alisnya kembali berkerut samar. Satu satunya hal yang dilihatnya semalam adalah sosok manusia yang berdiri tepat didepannya sebelum ia kehilangan kesadaran. Dan itu tidak benar benar masuk dalam kategori aneh, bukan??
"Sebelum aku menjawab pertanyaan itu, aku memiliki beberapa syarat," ucap Clara.
Mendengar jawaban gadis itu, senyum pria tua itu merekah, benar benar berpikir bahwa gadis itu mengetahui sesuatu tentang kejadian semalam, ia menjadi bersemangat.
"Syarat? Oh.. tentu. Katakan," ucapnya.
"Aku butuh tempat tinggal, beberapa pakaian dan makanan, juga bisakah pria tua ini memberiku pekerjaan? Jika suatu saat aku sudah memiliki uang, aku akan membayarmu kembali," jawab Clara menguraikan beberapa syarat dengan kalimat yang menurutnya sudah sangat sopan. Ya untuk saat ini yang ia harus lakukan adalah bertahan hidup terlebih dahulu.
'Pria Tua' mendengar gadis kecil itu memanggilnya pria tua, sudut bibirnya berkedut.
"Huang Bao, panggil aku Huang Bao," ucap Pria tua itu.
"Baiklah, apakah Tuan Huang Bao menyetujui syarat itu?" Ucap Clara kembali bertanya.