Gelap ....
Apa aku harus mengulanginya lagi ?
Dewa ? Keganjilan ? Dunia baru ?
Persetan dengan omong kosong !
Dewa bangsat !
.....
" Syenai sayang, bangun nak ."
Tiba-tiba tangan hangat menyentuh pipi bagian kananku dengan begitu lembut.
" Syenai sayang. Ibu mohon bangun, nak."
Kini begitu terasa tubuh hangatnya memeluk ku, rasanya sungguh nyaman berada di pelukannya.
Aku mencoba untuk membuka mataku. Perlahan tapi pasti, aku melihat sesosok wanita paruh baya memeluk tubuh lemahku.
" S-siapa ?"
Itu kata pertama ku, setelah melihatnya.
" Sye-syenai !! Akhirnya kau bangun nak ! Ibu sangat khawatir dengan kondisimu !" Pelukannya semakin erat disertai dengan air mata bahagianya.
" Ahhhh... Sakiiit !!! "
Teriak ku kesakitan ,karena di peluk oleh orang tua bodoh ini.
Sadar melihat ku kesakitan, orang tua bodoh ini akhirnya melepaskan ku.
" Maaf maafkan ibu, syenai."
Aku benar-benar bingung !
Tentang suaraku, tubuh lemah ku, semuanya , aku benar-benar bingung !! Tapi satu Hal yang tidak membuat ku bingung adalah penyebab yang membuat ku seperti ini.
" Syenai, kamu tidak apa-apa? Maaf ibu syenai, ibu gak bermaksud menyakiti."
Tatapan matanya begitu tulus, belaian tangannya ketika menyentuhku begitu lembut, air matanya mengalir ketika menatapku.
.....
Ibu ? Apa maksudnya?
.....
Memahami dan melihat keadaan sekitar, aku pun terdiam setelah mencari jawabannya.
" I-ibu..."
Air mata terus membanjiri wajahnya, wanita paruh baya ini, menatapku disertai senyuman bahagia.
Tubuhku benar-benar tak berdaya, aku mencoba menggerakkan tangan kanan menuju detak jantungku.
Dada yang menonjol ? Sial !! aku benar-benar menjadi perempuan yang sangat lemah. Detak jantungku terasa begitu lemah. Menarik nafas dalam-dalam, apakah ini benar-benar kenyataan ?
" I-ibu siapkan makanan dulu ya, jangan tertidur lagi ,ibu mohon tunggu sebentar ,ya." Dengan tatapan khawatir di sertai senyuman dan tangisan bahagianya wanita... ibuku bergegas menuju ke suatu tempat.
Aku berusaha bangkit dari tempat tidur, berusaha bangun dengan tubuh lemah dan yang aku lihat dada yang menghalangi arah pandanganku.
Membuang nafas panjang...
Akhirnya aku berhasil duduk di atas kasur, ketika duduk rambut hitam panjangku seketika menghalangi pengelihatan, aku kemudian menyisihkannya.
Melihat daerah sekitar yang terdapat satu buah cermin yang menggantung di tembok , mencoba untuk melihat kondisiku.
Langkah pelanku berjalan, tubuh lemah ini benar-benar merepotkan.
Setelah berhasil menuju ke cermin ,aku langsung memerhatikan seluruh tubuhku. Bola mata besar yang indah, bulu mata yang panjang, bibir tipis dengan warna pink pucat.
Terjatuh lemas, aku tidak berdaya melihat semuanya.
Akan ku coba cara lain. Ku gerakan tangan kananku menuju pipi, ku cubit dengan tenaga yang ada.
" Kyaaahh... Sa-sakit." Suara siapa itu ? Itu suara aku ? ini benar-benar nyata....
Langka kaki terdengar mendekat ke arahku.
" Syenai .... syenai kau tidak apa-apa? Apa yang terjadi, sayang ? " Dengan lembut ibuku menuntunku kembali ke kasur.
" Sayang , seharusnya kamu jangan dulu berjalan sendirian, nak. Tubuh mu masih lemah."
Keberadaannya begitu terasa hangat, ibu ku tersenyum melihatku, aku membalas senyumannya. Ibu mendekat dan seketika keningku di cium olehnya.
" Makanannya sudah jadi, ibu ambilkan dulu ya. "
Melihat ada yang begitu peduli terhadap keadaan ku, akupun memeluk bantal dan tersenyum bahagia karenanya.
Ini benar-benar aneh tapi aku menyukai ibu.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, aku mendengar langkah kaki ibu yang mendekat membawakan makanan.
" Ini sayang, ibu membawakan makanan untukmu."
Ibuku menyuapi hidangan hangat yang di tiupnya terlebih dahulu , setelah itu makanannya menuju mulutku.
Aroma yang enak sungguh begitu terasa, aku membuka bibir tipisku.
" Enak." Tanpa sadar, aku mengucapkannya. Tapi sungguh ini benar-benar terasa nikmat.
Aku memperhatikan kondisi ibu, dia adalah wanita paruh baya kurus, Lusu, dan kurang tidur, terlihat jelas di kedua kantong bola matanya.
Ibu juga mengeluarkan batuk ringan yang terus di keluarkannya saat berada di dapur.
Ibu kembali tersenyum bahagia melihat ekspresi wajahku yang terus memperhatikannya sambari memakan makanan yang ibu suapi.
Setelah selesai dengan suapan terakhirnya, aku mencoba untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
" Apa yang sebenarnya yang terjadi, Bu ?"
Terdiam ibu mendengar ku bertanya.
Apa pertanyaan ku salah ? Apa ada pertanyaan yang lebih baik, untuk kondisiku saat ini ?
Mendengar pertanyaanku, ibu menaruh piring di atas meja dekat dengan cermin.
" Sayang, kamu sudah tertidur selama 7 hari. Ibu sungguh khawatir terhadap mu, syenai."
Mendekat dan duduk di samping ku, ibu memegang tanganku di akhiri dengan pelukan hangat.
Aku kehabisan kata-kata, aku tidak bisa bertanya lagi. Mungkin akan ku lakukan nanti.
.....( Beberapa hari kemudian).....
Pagi hari yang dingin, ibuku membangunkan ku lagi sebelum matahari bangun.
" Syenai ,ayo kita berjalan di luar rumah, nak"
Tangan hangatnya mencubit pipiku lagi.
Keluar rumah di pagi hari yang dingin ini ? Ayolah Bu, nanti saja. Akupun kembali pura-pura tidur.
" Sayang, ayo nak. "
Rasanya aku ingin menutupi tubuhku dengan selimut dan kembali tidur.
Tapi aku lebih memilih menuruti perkataan ibuku, lagian apa salahnya melatih tubuh lemahku ?
Ibu ku menuntun ku keluar rumah, dan di bukanya pintu.
Udara sejuk nan dingin menghampiri kami. Begitu terasa di seluruh tubuh.
Ok ? Bisa aku kembali ke kasur dan menutupi tubuhku dengan selimut ?
Akupun menatap mata ibuku dengan tatapan memelas, seolah mengerti maksud ku, ibu langsung membalas dengan menggelengkan kepalanya.
" Syenai sayang harus kembali pulih total." Di akhiri dengan senyuman khasnya lagi.
Ibuku menuntun aku keluar rumah, dan pelatihan berjalan diluar pertama pun dimulai.
Udara pagi hari memang dingin, tapi ini benar-benar segar dan ibuku yang menuntun jalan membuat tubuh ku menjadi hangat. Setelah cukup jauh dari rumah ibuku melepaskan tubuh ku.
" Ayo ,Syenai kamu pasti bisa, sayang."
Akupun mencoba melangkah, berjalan sendiri walaupun akhirnya terjatuh dan di akhiri dengan pelukan hangat ibuku.
Bangkit lagi dan lagi hingga akhirnya aku berhasil berjalan sendiri sesuka hatiku.
Ibuku yang melihat keberhasilan ku tersenyum bahagia dan memeluk ku dengan hangat.
Hari tak terasa sudah menjadi siang, aku berjalan menuju ke rumah, tapi kini tidak di tuntun melainkan berjalan bersama ibu.
Entah kenapa aku merasa kecewa. Aku kemudian berjalan mendekati ibu dan meraih tangannya, aku sengaja mendekat dan kenyamanan pun ku dapat.
" Syenai ,kamu benar-benar manja ya." Tersenyum ibu, sambil menatapku.
Dari arah kejauhan ada 2 orang yang menatap ku. Entah mengapa, tapi aku langsung menyadarinya.
" Syenai ! Itu syenai'kan ?"
" Jangan bercanda ,Riyou. Kalau kamu melucu dengan membawa-bawa Kyenai. Aku akan benar-benar marah, loh !"
" Tidak, aku tidak bercanda. Itu benar-benar syenai ! Coba kau lihat sendiri , Lala."
" Tidak mungkin, itu bener-benar syenai."